Menggantung Asa di Tanah Jakarta
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA.co.id – Bagi sebagian warga Jakarta, libur Lebaran 2016 telah berakhir pada Minggu, 10 Juli 2016. Jutaan warga yang mudik ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri 1437 Hijriah pun kembali ke Ibukota. Arus balik dengan menggunakan berbagai sarana transportasi, dari kendaraan pribadi hingga moda transportasi umum, terus mengalir ke Kota Metropolitan ini.
Namun, mereka yang datang tak hanya penduduk DKI Jakarta. Para pendatang baru pun turut serta. Jakarta masih menjadi magnet bagi warga daerah. Mereka tiba di Ibukota dengan sejuta asa di benaknya.
Aditya, warga Indramayu, Jawa Barat, misalnya. Pria 24 tahun ini berharap bisa berkarir di Jakarta. Dia yakin dengan langkahnya menjejakkan kaki di Ibukota. Keyakinan itu muncul lantaran dia telah menyebar lamaran kerja secara online sebelum merantau ke Jakarta.
Saat ini, dia tengah menunggu panggilan lamaran kerja tersebut. “Sekarang mau stand by saja di Jakarta. Biar enak kalau ada panggilan kan sudah siap. Jadi lebih dekat kalau di Jakarta," kata Aditya di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Senin, 11 Juli 2016.
Aditya optimistis bisa bertahan di tengah kerasnya kehidupan di Jakarta. Sebab, ia mengaku memiliki keahlian yang dibutuhkan di dunia kerja. Dia juga berbekal ilmu dari bangku kuliah di jurusan teknik informatika di salah satu perguruan tinggi di Bandung, Jawa Barat. "Sebelumnya juga pernah kerja bentar di Bandung. Ingin coba-coba di Jakarta juga," ujarnya.
Keyakinan serupa datang dari Ruli, asal Wonosobo, Jawa Tengah. Lelaki 26 tahun ini optimistis bisa menaklukkan Jakarta. "Iya, lebih memilih ke Jakarta. Kayaknya senekat-nekatnya dapatlah kerjaan di Jakarta," katanya di Terminal Kampung Rambutan, Senin, 11 Juli 2016.
Kedatangan ke Jakarta tahun ini bukan yang pertama buat Ruli. Tiga tahun lalu dia pernah tinggal di Ibukota Indonesia ini. Dia pun pernah bekerja di bagian call center sebuah bank. Namun lantaran ada usaha di kampung, dia memutuskan untuk kembali ke desanya.
Kini, pria yang pernah mengambil studi program diploma ilmu manajemen di daerahnya balik lagi ke Jakarta. Dia optimistis bisa mendapat pekerjaan kembali. Jika tidak dapat kerja, dia ingin mencoba menjadi pengemudi ojek online. “Saya kan lihat-lihat di televisi, ada namanya Gojek gitu. Kan nanti ambil kredit motor, terus jadi driver Gojek saja," katanya.
Kehadiran pendatang baru seperti Aditya dan Ruli tak dipermasalahkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. "Pendatang tidak masalah di Jakarta. Namanya juga Ibukota, siapapun boleh datang ngadu nasib,” ujar Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Senin, 11 Juli 2016.
Ahok, sapaan Basuki, memperkirakan akan ada 70 ribu pendatang baru yang bakal memadati Jakarta setelah lebaran tahun ini. Dia berpendapat tidak perlu dilakukan operasi yustisi untuk mendata pendatang baru. Asalkan mereka mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan, serta keahlian.
Para pendatang baru pun harus tetap mengikuti aturan. Bagi mereka yang melanggar, Ahok mengancam akan memulangkan yang bersangkutan ke kampung halamannya. “Kalau tinggal di bangunan liar, kami akan bongkar dan usir pulang juga," ujarnya.
Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi DKI Jakarta meminta warga daerah yang ingin ke Jakarta membekali diri dengan keterampilan, pendidikan, dan tempat tinggal. Hal itu agar warga daerah tidak menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Bagi mereka yang tidak memiliki hal-hal itu diperkirakan akan sulit bertahan di Jakarta. "Jika sudah kesulitan bertahan di Jakarta kemudian tidak punya ongkos pulang, bisa dipastikan mereka akan menggelandang atau bahkan mengemis," ujar Kepala Dinsos DKI Jakarta Masrokhan.
Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) yang berada di lima wilayah kota Jakarta akan melakukan penjangkauan kepada PMKS. Setelah itu, PMKS akan dibawa ke panti sosial untuk dibina agar tidak menjadi PMKS lagi. "Jika ketahuan terkena penjangkauan lagi, akan dibawa ke ranah hukum karena telah melakukan penipuan," kata Masrokhan.
Selanjutnya…Razia Penduduk “Gelap”…
Masalah pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal pendatang baru juga menjadi sorotan pemerintah daerah di sekitar Jakarta. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang misalnya. Mereka tidak menolak kehadiran pendatang baru di wilayahnya asalkan memiliki pekerjaan, tempat tinggal dan pendidikan yang layak.
“Jangan sampai datang ke sini (Tangerang) belum punya pekerjaan atau baru mencari kerja dan tidak tahu tinggal di mana. Ditambah lagi pendidikannya yang minim. Itu yang menjadi persoalan jika tiga hal itu belum terjamin," ujar Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar, Senin, 11 Juli 2016.
Untuk mengantisipasi pendatang baru, Pemkab Tangerang akan memberikan imbauan, melakukan razia, serta menggelar operasi yustisi. Langkah ini dilakukan guna menghindari penduduk "gelap”.
Upaya senada bakal dilakukan Pemerintah Kota Depok. Wakil Wali Kota Depok Pradi Supriatna menegaskan, pihaknya bakal melakukan operasi yustisi bagi para pendatang baru. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penduduk yang meningkat setiap tahun di kota tersebut.
“Bukan tidak boleh ke Depok, namun jika tidak didukung keahlian yang cukup khawatir tidak bisa bersaing. Kami antisipasi yang seperti ini dengan pendataan di wilayah bersama Disdukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil),” katanya.
Saban tahun, ada lonjakan jumlah penduduk di Kota Depok. Biasanya, angka itu meningkat usai libur lebaran. Pertambahan penduduk bisa mencapai 3-7 persen setiap tahun. Pertambahan itu tak sebanding dengan data atau jumlah kelahiran yang ada di Kota Depok. "Ini berarti ada kejanggalan, salah satunya bisa karena adanya pendatang,” ujarnya.