Keterbatasan Fisik Bukan Halangan untuk Menghasilkan Rupiah

Hanang saat menjaga lahan parkir.
Sumber :

VIVA.co.id – Kota Jakarta adalah kota sejuta impian bagi sebagian besar orang. Namun di balik itu semua, Jakarta masih banyak menyimpan sejuta kisah yang kelam bagi orang-orang yang kurang beruntung. Dari kerasnya kehidupan ibu kota, ada beberapa fenomena yang menyedihkan. Terkadang, banyak kita temui orang-orang yang kurang beruntung.

Salah satunya adalah pekerja parkir ini. Mungkin bagi sebagian orang, profesi pekerja parkir hanya dipandang sebelah mata dan tidak mempunyai masa depan. Namun tidak dengan pria ini yang tampak lesu dan berharap nasib baik datang padanya. Perutnya yang selalu merintih meminta asupan makan seakan memaksa ia harus berjuang melawan gelombang kehidupan.

Walupun panas dan hujan, dia tetap bekerja keras melawan arus kehidupan yang begitu kejam. Berdebu tanpa masker dan panasnya matahari ibu kota yang seakan menusuk kulit, membuat pria ini harus bersabar dan terus bekerja demi menyambung kehidupan dan menabung untuk meminang gadis pujaan.

Pria kelahiran Jakarta yang berumur 35 tahun ini bernama lengkap Hanang Nugroho. Dengan keterbatasan ekonomi membuat ia harus mengenyam pendidikan hanya sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pria yang biasa disapa Hanang ini hanya hidup berdua dengan ayahanda tercinta di rumah sederhana miliknya yang terletak di Cibubur Delapan. Hidupnya yang jauh dari kemewahan membuat pria ini harus bekerja keras hingga banting tulang.

Dengan keterbatasan fisik yang ada, membuatnya harus bekerja dengan dibantu tongkat kayu yang setia menemaninya. Bertopi cokelat, serta berbalut rompi hijau yang menjadi ciri khas ia bekerja saat mengatur parkir kendaraan di Alfamart yang terletak di Jalan Raya Lapangan Tembak, Cibubur Tujuh, Jakarta Timur. Tampak senyum dan wajah yang begitu bersahaja saat menyapa para pengendara bermotor maupun mobil yang hendak parkir di lahan parkirnya.

Hanang telah bertugas sebagai pekerja parkir Alfamart sejak tahun 2008. Sebelum mengenyam profesi sebagai pekerja parkir, ia pernah bekerja di tempat jasa pengetikan di sekitaran Cibubur. Namun itu semua tidak bertahan lama, hanya berjalan dua tahun. Karena jasa pengetikan tempat ia bekerja terancam gulung tikar pada tahun 2004 yang akhirnya ia terpaksa harus menganggur untuk beberapa tahun.

“Awalnya saya merasa minder dengan keterbatasan tubuh saya. Namun setelah ayah saya memberi motivasi, saya rasa keterbatasan saya ini bukan suatu penghalang untuk tetap berjuang demi menyambung kehidupan. Semua saya kerjakan dengan ikhlas. Saya tidak patok harganya, cukup seikhlas pengasih saja. Ada yang kasih ya Alhamdulillah, tidak ada yang kasih pun tidak apa-apa. Karena saya bekerja setulus hati,” ucapnya sambil tersenyum.

Hanang berangkat dari rumah pukul dua belas siang dengan mengendarai motor matic yang sudah didesain khusus untuknya. Motor beroda tiga itu sungguh sangat membantu dalam tugasnya sehari-hari. Hanang mulai bekerja dari pukul tiga sore hingga pukul sembilan malam. Adanya pergantian penjaga lahan parkir membuat penghasilan yang didapat tidak sebesar yang dia harapkan. Sehingga memaksanya untuk mencari penghasilan lain.

Dengan bekerja sebagai tukang parkir tidak menentu berapa uang yang dia dapat. Terkadang pundi-pundi rupiah yang ia dapatkan hanya kisaran 40 ribu sampai 50 ribu rupiah per hari. “Namun itu semua hanya cukup buat saya makan saja, belum untuk rokok dan ngopinya," lagi-lagi ucapnya sambil tersenyum.

Namun dengan keterbatasan fisik yang ada tidak membuat semangat laki-laki ini luntur. Di sela-sela waktu senggangnya sambil menunggu waktu dia untuk bekerja, pria ini mencoba usaha kecil-kecilan. Seperti berjualan powerbank atau headset handphone yang ia jual melalui media online.

Di era modern saat ini dengan daya saing manusia yang cukup tinggi, membuat seorang Hanang Nugroho dengan keterbatasan fisiknya tidak ada pilihan pekerjaan lain selain profesi yang ia jalankan saat ini. Apalagi dengan pendidikan yang sangat rendah, membuatnya sulit untuk mencari pekerjaan lain.

Walau dengan penghasilan yang sangat pas-pasan, ia tetap bertahan dan setia terhadap pekerjaannya. Tak terbayangkan olehnya jika kehilangan pekerjaan yang telah bertahun-tahun ia geluti. Karena pekerjaan inilah Hanang begitu dikenal oleh warga sekitar dengan sikapnya yang jujur, cenderung ramah, dan murah senyum terhadap siapapun.

Begitulah Hanang yang hari-harinya hanya menghabiskan waktu di jalan. Walaupun hidup jauh dari kemewahan, ia tetap tersenyum bahagia. Jasa seorang tukang parkir sepertinya memang tidak akan pernah dianggap besar oleh mereka yang hidup bergelimang harta. Namun baginya, semua ini pemberian Tuhan yang tetap harus disyukuri.

“Apapun profesinya, asalkan kita jalani dengan keikhlasan dan meraih rezeki dengan cara yang halal, itu akan terasa nikmat dan bahagia," tegas Hanang. Pekerjaan yang dilakukan berdasarkan ikhlas dan ketulusan hati akan memiliki manfaat bagi orang lain. Tak kenal apa itu rasa lelah, hujan, panas, bahkan di saat sakitpun ia akan tetap berusaha bekerja semaksimal mungkin selama ia bisa melakukannya. Itu semua ia lakukan hanya untuk menyambung kehidupan, dan demi seorang gadis cantik yang ingin dipinangnya untuk ia jadikan istri. (Tulisan ini dikirim oleh Aldi Rinaldi, mahasiswa Universitas Nasional, Jakarta)