Politikus Korsel Dikecam karena Cibir Profesor Wanita Tak Punya Anak

Musim dingin di Seoul, Korea Selatan.
Sumber :
  • VIVA/Zahrotustianah

VIVA – Politikus Korea Selatan menuai kemarahan publik, setelah dia mengkritik seorang perempuan calon kepala Komisi Perdagangan Negara tersebut, yang menurutnya gagal memenuhi tugasnya kepada bangsa karena tidak memiliki anak.

Curhat Azizah Salsha Lebaran Tanpa Pratama Arhan di Korsel

Jeong Kab-yoon, seorang anggota partai oposisi konservatif Partai Liberty Korea, dikecam setelah menyebut Joh Sung-wook, seorang profesor ekonomi terlalu fokus pada kariernya, sehingga mengorbankan perlunya menambah angka kelahiran negara itu.

"Saya sadar bahwa Anda masih lajang dan masalah terbesar di Korea Selatan adalah bahwa wanita tidak melahirkan," kata Jeong seperti diberitakan The Guardian, Kamis 5 September 2019.

Pejabat Korsel, AS, dan Jepang Ngumpul di Washington, Bahas Ancaman Siber Korut

"Anda memiliki resume yang bagus, tetapi tolong penuhi tugas Anda untuk negara," tambahnya. 

Sementara itu, Joh, yang merupakan seorang profesor di Seoul National University dan calon wanita pertama untuk posisi itu hanya tersenyum sedikit canggung dan tidak mau menanggapi pernyataan tersebut.

Kapal Tanker Korsel Bawa WNI Tenggelam, Benny Rhamdani Minta Proses Evakuasi Dipercepat

Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia, meski pemerintah berupaya mendorong pasangan suami istri untuk memiliki lebih banyak anak, dengan menginvestasikan miliaran US$ untuk biaya subsidi pengasuhan anak dan layanan penitipan anak.

Selain itu, tingkat kesuburan negara itu turun ke rekor terendah, yaitu 0,98 persen tahun lalu, atau kurang dari satu bayi per wanita. Angka itu jauh dari standar 2,1 persen yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi yang stabil.

Banyak wanita di Korea Selatan, mengatakan mereka enggan memiliki anak dengan alasan tingginya biaya untuk membesarkan keluarga dan budaya kerja yang konservatif, sehingga membuat orangtua dari anak-anak sulit menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan keluarga mereka.

Jeong kemudian meminta maaf atas pernyataannya dan mengklaim bahwa ia hanya ingin menyoroti krisis demografi Korea Selatan dan tidak bermaksud menghina Joh.

Menyusul pernyataan tersebut, anggota parlemen perempuan dari Partai Demokrat yang berkuasa di Korea Selatan, mengatakan Jeong tidak layak untuk bertugas di majelis nasional.

"Tampaknya (Jeong) percaya wanita yang melahirkan dan membesarkan anak-anak adalah satu-satunya cara bagi mereka untuk berkontribusi pada negara. Dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi anggota parlemen di masyarakat saat ini," kata anggota parlemen Demokrat Korsel itu. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya