Logo DW

Kerugian Ekonomi akibat Migrain Bikin Singapura Sakit Kepala

Colourbox/Phovoir
Colourbox/Phovoir
Sumber :
  • dw

Dr Jonathan Ong dari National University Hospital (NUH) mengatakan ada sekitar 100 pasien baru datang setiap bulannya ke klinik untuk gangguan sakit kepala di sejumlah rumah sakit dan Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong. Jumlah ini meningkat sekitar 10 persen setiap tahun.

"Tidak mengherankan karena kita hidup dalam lingkungan yang semakin penuh tekanan, sebagai negara Asia - kita sangat berorientasi pada pekerjaan, berorientasi pada tujuan, menghabiskan waktu berjam-jam di tempat kerja, dan stres adalah pemicu utama migrain," katanya.

Pengaruhi karir dan kehidupan pribadi

Migrain seringnya berhubungan dengan kondisi medis tertentu seperti depresi dan kecemasan, penyakit kardiovaskular, peradangan hidung atau sinus. Namun penyakit ini juga dapat dipicu oleh lingkungan, emosi dan makanan.

"Yang mengkhawatirkan adalah penelitian kami menemukan bahwa sekitar satu dari empat pasien di Singapura tidak berusaha mencari perawatan medis untuk migrain yang mereka derita," ujar Dr Ong, yang juga adalah konsultan di Divisi Neurologi NUH dan presiden Headache Society of Singapore.

Dr Eric Finkelstein dari Duke-NUS Medical School mengatakan migrain memiliki efek jangka panjang yang merugikan pada pekerjaan, seperti mempengaruhi perkembangan karir seseorang dan kehidupan pribadi mereka.

Tes medis memakan sekitar 41 persen besaran biaya perawatan kesehatan akibat migrain, diikuti oleh obat-obatan alternatif (18 persen), konsultasi (16 persen), rawat inap (13 persen) dan obat-obatan (11 persen).