Sentuhan Cantik Kain dengan Warna Alam

Seribu Warna Kain Nusantara
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Dunia fashion sangat identik dengan penggunaan warna. Dahulu, untuk mendapatkan warna pada kain, orang biasa membuat pewarna dari bahan-bahan yang mudah didapat dari alam.

Namun, karena tidak efisien dan memakan banyak waktu serta untuk mendapatkan lebih banyak produksi kain, para produsen lebih senang menggunakan pewarna dari bahan kimia.

Akan tetapi, pemakaian zat kimia yang berlebihan dapat mencemari bumi. Bumi yang semakin tua memaksa manusia untuk lebih ramah terhadapnya dengan kembali menggunakan pewarna alam.

"Dulu, kami juga pakai warna alam. Namun setelah penjajah datang, kami mulai memakai pewarna sintesis," ujar Sugeng Riyadi salah satu pengajar di Sanggar Jawa Jawi Java saat ditemui VIVAnews.com di konfrensi pers acara 'Back to Nature', Epicentrum Walk, 18 Februari 2011.

Namun, pewarna sintesis pada kain ternyata sangat berbahaya bagi alam karena zat azo yang ada didalamnya tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu, pemakaian warna alam saat ini sangat penting bagi industri tekstil di dunia.

Indonesia sangat kaya akan bahan-bahan pewarna alam seperti jelawe, tingil, jambal, tegeran serta daun indigofera. Kulit buah jelawe dapat menghasilkan warna kuning, tingil akan menghasilkan warna coklat, jambal menghasilkan warna kuning, tegeran menghasilkan warna kuning kecoklatan, dan daun indigofera akan menghasilkan warna biru.

"Pewarna alam memang akan menghasilkan warna-warna natural yang lebih soft," ujarnya.

Untuk mendapatkan ekstrak pewarna dari bahan-bahan alam itu, harus direbus terlebih dahulu. Untuk empat liter pewarna, direbus satu kilogram bahan alam dengan lima liter air. Pewarna pun dapat langsung digunakan saat suhunya sudah menurun.

Setelah itu, proses fiksasi dilakukan untuk mendapatkan perbedaan warna dari satu bahan pewarna dengan menggunakan tunjung yang akan menghasilkan warna lebih tua, tawas yang akan menghasilkan warna medium, dan kapur yang akan menghasilkan warna lebih terang.

Dengan teknologi yang berkembang, pewarna alam akan lebih mudah di dapat. Untuk dapat memperlama umur bumi, mulailah menggunakan bahan-bahan yang ramah terhadap bumi.

Tetap Kompak, Momen Eko dan Akri Jenguk Parto, Minta Penggemar Jangan Khawatir Hal Ini
Bitcoin dan aset kripto.

Pemerintah Sudah Kantongi Rp 112 Miliar Pajak Transaksi Kripto pada 2024

 Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengungkapkan telah memungut pajak transaksi aset kripto sebesar Rp112 miliar selama 2024.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024