Penurunan Harga Komoditas Tahan Laju Wall Street

Bursa Wall Street
Sumber :
  • REUTERS/Brendan McDermid
VIVAnews - Gelombang penguatan pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, selama empat hari terakhir tertahan pada Jumat waktu New York atau Sabtu dini hari tadi waktu Indonesia barat.
Helikopter Ebrahim Raisi Ditembak Jatuh? Laporan Penyelidikan Pertama Iran Keluar

Penurunan harga komoditas di pasar global, berhasil meruntuhkan saham-saham di sektor energi dan perusahaan pertambangan.
Ini Dia Ketakutan dan Harapan Terbesar Elon Musk: AI Lebih Pintar dari Manusia

Tanda-tanda perlambatan ekonomi disinyalir menjadi pemicu utama terguncangnya pasar komoditas. Harga minyak mentah turun dua persen menjadi US$91 per barel, karena laporan ekonomi AS yang lemah diikuti turunnya permintaan akan minyak dunia.
Sandiaga Uno dan Menhub Budi Karya Bakal Ramaikan One Run 10K 2024

Emas jatuh US$64 ke level US$1.501 per ounce, mencapai titik terendah sejak Juli 2011. Harga logam lainnya, seperti perak dan tembaga juga turun tajam.

Namun, dibandingkan dengan pasar komoditas, bursa saham tampak lebih stabil. Sebab, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun hanya 0,08 poin menjadi 14.865,05. Indek Standard & Poor's 500 juga melemah 4,52 poin atau 0,3 persen ke level 1.588,85. 

Kendati demikian, indeks utama ini selama pekan ini mencatat peningkatan masing-masing 2,1 persen dan 2,3 persen.

Sementara itu, Nasdaq Composit Index berakhir turun 5,21 poin atau 0,2 persen di posisi 3.289.

David Joy, Kepala Riset Ameriprise Financial, mengatakan seolah-olah pasar saham menceritakan cerita yang berbeda dari pasar obligasi dan komoditas.

"Namun, jatuhnya komoditas dan obligasi sepertinya menunjukkan kepada investor saham tetap jangan terburu-buru untuk mengatakan bahwa perekonomian AS berada dalam kondisi sangat baik," kata dia seperti dikutip dari laman Washington Post, Sabtu 13 April 2013. (ren)
IKAPI Ikut Working Group di UNCITRAL

Ikut Pembahasan di UNCITRAL, IKAPI Ingin Regulasi Kepailitan dan insolvensi Direvisi

Hukum kepailitan dan insolvensi, dianggap masih punya tantangan besar, ditengah hubungan antar negara yang sudah hampir tidak terbatas lagi. Karena setiap negara berbeda.

img_title
VIVA.co.id
25 Mei 2024