Pemprov Jatim Siapkan Pendidikan Terakreditasi untuk Pengungsi Syiah

Pengungsi Syiah Sampang Direlokasi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dwi Agus Setiawan
VIVAnews -
Pengungsi Syiah asal Sampang, Madura, Jawa Timur, yang menempati rumah susun Kompleks Puspa Agro Jemundo, Sidoarjo, segera mendapatkan pendidikan yang berkualitas dengan standar nasional.


Pemerintah Provinsi Jatim tengah membangun sejumlah ruang kelas dan mendatangkan guru pengajar sesuai bidang studi yang dibutuhkan.


"Mereka harus menerima pendidikan sesuai dengan standar pendidikan nasional dan terakreditasi," kata Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, Jumat 5 Juli 2013.


Sukarwo menuturkan, murid yang dulu bersekolah di Sampang dapat menyesuaikan dan melanjutkan di ruang kelas yang didirikan. Sistemnya, murid ditempatkan sesuai jenjang kelas yang ditempuh di kampung halaman yang ditinggalkan.


"Dengan menerima pendidikan terakreditasi, mereka dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, karena sekolah tersebut sesuai dengan standar nasional," tuturnya.

Korban Google Maps, Daihatsu Sigra Terjebak di Gang Kecil hingga Susah Keluar

Bagi murid yang di tempat sebelumnya menerima pendidikan sekolah khusus agama, bekerja sama dengan Kementerian Agama Jatim, murid di penampungan juga mendapatkan materi pendidikan yang sesuai.
Pemerintah Instruksikan Seluruh Pemda Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Uzbekistan


Gerindra dan Demokrat Siap Berkoalisi di Pilgub Jawa Tengah
Untuk mereka yang sebelumnya bersekolah umum juga mendapat pelajaran sesuai standar pendidikan nasional.

Soekarwo menjelaskan, dengan mendapatkan pendidikan terakreditasi dan berstandar nasional, mereka dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tanpa khawatir ditolak di sekolah lain.


Peristiwa kekerasan intoleransi beragama terus menimpa umat Syiah di Sampang. Tempat tinggal mereka dirusak dan dibakar oleh kelompok anti Syiah. Mereka kini terpaksa mengungsi di rumah susun Puspa Agro, Sidoarjo, Jawa Timur.


Meski sekilas tempat ini lebih baik dari GOR Sampang, tempat pengungsian mereka sebelumnya, para pengungsi terpaksa hidup jauh dari keluarga. Sebanyak 60 kepala keluarga (KK), atau sekitar 160 jiwa, sudah mengungsi ke rusun ini. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya