Bank Dunia: Tahun Depan, Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh Tipis

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015 diprediksi naik tipis dari 5,1 persen menjadi 5,2 persen, lantaran terdampak oleh melemahnya perekonomian di dunia.

"Pertumbuhan ekonomi akan meningkat pada tahun 2016 mendatang yang mencapai 5,5 persen," kata Ahya Ichsan, ekonom Bank Dunia untuk Indonesia di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Kamis 18 Desember 2014.

Bawa-bawa Kualitas Pemain Sendiri, Shin Tae-yong Bongkar Penyebab Timnas Indonesia U-23 Dilibas Irak

[Baca: ]

Melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia berdampak pada investasi dan ekspor Indonesia. Ini berpengaruh pada kontribusi terhadap penyempitan defisit neraca berjalan.

“Defisit neraca berjalan turun menjadi US$6,8 miliiar atau 3,1 persen dari PDB kuartal ketiga 2014. Penurunan ini secara bertahap akan terus berlangsung,” katanya.

Kondisi yang sama, lanjutnya, juga terjadi pada sektor fiskal dengan pertumbuhan penerimaan tetap yang relatif lemah. Sementara, belanja modal terkontraksi. Pertumbuhan penerimaan pada periode Januari-Oktober 2014 sebesar 10,8 persen.

Dikalahkan Irak, Timnas Indonesia U-23 Harus Jalani Hal yang Ditakuti Mantan Pelatih Vietnam

Sementara pada sisi pengeluaran, laju pencairan anggaran secara keseluruhan di akhir Oktober 2014 mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya karena dorongan peningkatan belanja subsidi energi.

Ahya menjelaskan, penyesuaian harga BBM bersubsidi akan menyebabkan peningkatan inflasi. Kendati begitu, dampak terhadap inflasi diperkirakan hanya akan bersifat sementara. Pada tahun 2015 inflasi akan berada di angka 7,5 persen dan akan mengalami penurunan apabila tidak terjadi gejolak eknomi lainnya.

“Memang kenaikan harga BBM bersubsidi ini akan menyebabkan inflasi. Namun di sisi lain menghasilkan penghematan fiskal yang sangat penting yakni sebesar Rp100 triliun dari penyesuaian harga BBM tersebut,” ujarnya.

Penyesuaian harga BBM bersubsidi, kata dia, akan memperluas ruang fiskal bagi peningkatan belanja pembangunan di sektor-sektor yang lebih penting, salah satunya di sektor kesehatan. Karena dana belanja kesehatan pemerintah hanya sekitar 1,2 persen dari PDB tahun 2012 atau sekitar 43 dolar AS per kapita relatif lebih rendah di banding negara lain.

"Dengan adanya penghematan anggaran dari kenaikan harga BBM tersebut Indonesia memiliki kesempatan untuk melakukan perbaikan pelayanan kesehatan," ujarnya.

Masyita Crystaliin, ekonom Bank Dunia untuk Indonesia lainnya, mengatakan selain menghadapai tantatangan perbaikan layanan kesehatan, pemerintahan baru saat ini juga dihadapkan pada persoalan  pendapatan negara yang terus menurun.

Oleh karena itu, ia menekankan pemerintah harus mengejar pendapatan negara dengan memaksimalkan pendapatan pajak. Hal itu bisa dilakukan dengan reformasi kebijakan penerimaan untuk memperluas basis pajak, menyederhanakan struktur perpajakan, rasionalisasi jenis pajak, dan secara selektif melakukan revisi sejumlah tarif pajak agar sebanding dengan tarif internasional.

“Dengan fokus yang kuat pada penerimaaan oleh pemerintah yang baru akan sangat penting dalam menciptakan ruang fiskal bagi pelaksanaan program-program pembangunan,” ujarnya.

Acer: Pendidikan adalah Investasi Masa Depan

Baca juga:

Vivo V30e.

Harga Banyu Biru Dibuka dari Rp4,7 Juta

HP Vivo V30e terdiri dari dua varian warna, yaitu Giri Merah dan Banyu Biru. Smartphone ini resmi meluncur di Indonesia sebagai pelengkap lini produk seri Vivo V30.

img_title
VIVA.co.id
3 Mei 2024