Kebijakan Impor Daging Sapi, Gagal Tekan Inflasi

Ilustrasi daging sapi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi ) telah menginstruksikan menteri terkait untuk menekan harga daging sapi hingga level Rp80 ribu per kilogram. Menyikapi hal itu, kementerian dan lembaga terkait pun telah mulai memasok daging sapi impor untuk menstabilkan harga daging dalam negeri yang melambung tinggi.

Agustus 2022 Indonesia Deflasi, Tapi Ada Komoditas Penyumbang Inflasi

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa di Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo, menilai  kebijakan impor daging sapi yang dilakukan oleh pemerintah hanya sedikit menekan inflasi pada bulan ini. Sebab, masyarakat cenderung lebih memilih untuk mengonsumsi daging segar dibandingkan dengan daging beku.

"Masih kecil, kan kita tetap aja potong hasil ternak dalam negeri juga selain daripada impor," kata Sasmito di kantor BPS Pusat, Rabu 15 Juni 2016.

Memotret Lonjakan Harga di Hari Raya Idul Fitri

Menurut dia, meskipun dengan harga yang tinggi, daging segar lebih digandrungi oleh konsumen dibanding daging beku yang harganya murah.

"Tapi kita (masyarakat) memang kan senangnya daging segar, meskipun lebih mahal kita pasti lebih senang yang segar. Kalau daging beku itu sebagai alternatif kalau enggak ada (daging segar)," kata dia.

Awal Ramadhan, Harga Daging Tembus Rp160 Ribu Per Kg di Pasar Tomang

Mengenai inflasi bulan ini, ia berharap masih akan terjaga di bawah 0,5 persen. Menurutnya, penyumbang inflasi yang perlu diwaspadai adalah lonjakan harga daging ayam ras, telor ayam ras, gula dan juga termasuk daging sapi.

"Saya kira bulan Ramadan tidak terlalu besarlah kita harapkan. Asal di bawah 0,5 itu sudah bagus sekali. Bagaimana menjaga agar di bawah 0,5 persen," kata dia.

Menurutnya, hasil kajian Bank Indonesia (BI) yang mencatat inflasi pada minggu pertama Juni 2016 sebesar 0,59 persen, masih normal. Namun, ia tak membantah kemungkinan inflasi akan berada di atas level 0,5 persen pada Juni 2016.

"Tapi seandainya pun naik masih di bawah satu persen, itu juga berarti masih normal," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya