Motor Diprediksi Masih Jadi Primadona Pemudik Tahun Ini

Pemudik sepeda motor memasuki kapal Roro.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Ardiansyah

VIVA – Direktur Lalu Lintas Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Pandu Yunianto mengungkapkan, pemudik yang menggunakan motor akan mencapai 8,5 juta orang. Jumlah tersebut, lebih tinggi dari pengguna bus dan sejumlah moda transportasi lainnya. 

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional RI Jadi 17, Simak Daftarnya

"Untuk angkutan penumpang umum, bus diperkirakan naik menjadi 1,76 persen. Pengguna bus umum sekitar delapan juta," kata Pandu dalam diskusi di Jakarta, Sabtu 2 Juni 2018.

Lalu, untuk mobil pribadi diperkirakan sekitar 16,69 persen kenaikannya atau menjadi 3,72 juta pemudik.

Heru Budi Apresiasi Kerja Sama Proyek MRT dengan Jepang, Nilainya Rp11 Triliun

"Untuk moda lain yang mengalami peningkatan tertinggi di angkutan udara, angkutan kereta api juga mengalami peningkatan sekitar lima persen, untuk kapal laut sekitar 2,27 persen," kata Pandu.

Ia menjelaskan, untuk bus umum, pemerintah telah menyiapkan 49.613 unit. Lalu, prasarana akan disiapkan sebanyak 47 terminal antarprovinsi. Dia mengharapkan, masyarakat tak ragu lagi menggunakan bus.

Jokowi Resmikan Bandara Panua Pohuwato Gorontalo Senilai Rp437 Miliar

"Karena, kualitas bus sekarang ini sudah jauh lebih bagus. Bus-bus kelas premium sudah disediakan. Ditambah lagi, dengan adanya prasarana jalan tol yang sudah cukup bagus. Ini kenyamanan, menggunakan bus cukup bisa dijamin," kata Pandu.

Motor masih primadona

Pandu memaparkan, kenapa banyak pemudik lebih memilih sepeda motor dibandingkan moda transportasi lainnya untuk mudik Lebaran. Yang utama, karena lebih murah.

Ia membandingkan biaya bus dan motor untuk mudik Lebaran. Bus ekonomi Jakarta-Solo bisa berkisar Rp200-Rp300 ribu satu orang. Bila suami istri pulang pergi saja, maka biaya mencapai Rp1 juta.

"Tapi kalau menggunakan sepeda motor, bahan 10 literlah. 10 liter tak sampai Rp100 ribu," kata Pandu.

Dia melanjutkan, alasan lain pemerintah sulit melarang penggunaan motor mudik, karena masih ada persepsi masyarakat, bahwa pulang dengan sepeda motor merupakan lambang atau bentuk keberhasilan pekerjaan di Jakarta.

"Jadi, ingin menunjukkan pada kerabatnya ke daerah," kata Pandu.

Kemudian, motor yang dibawa mudik lebaran memudahkan mobilitas pemudik untuk berkeliling ke rumah saudaranya. Sehingga, tak perlu angkutan umum.

"Kami sudah minta koordinasikan dengan angkutan lokalnya, untuk menyediakan angkutan penghubung ke pedesaan atau perkotaan di wilayah tujuan pemudik," kata Pandu. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya