YLKI: Sampah Plastik dan Masker Meningkat saat Pandemi COVID-19

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Raudhatul Zannah

VIVA – Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan bahwa selama pandemi COVID-19 telah terjadi peningkatan pada angka penggunaan plastik. Kondisi ini dinilai juga ikut berkontribusi dalam meningkatnya jumlah sampah plastik.

SEVA Hadir di Daihatsu Kumpul Sahabat Bekasi 2024

Hal itulah diutarakannya dalam acara diskusi 'Bicara Soal Plastik di Masa Pandemi COVID-19: Tanggung Jawab Negara dan Konsumen terhadap Kelestarian Lingkungan', yang digelar secara daring.

"Berdasarkan riset LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) bahwa transaksi dan penggunaan plastik mencapai 96 persen dampak kenaikannya (selama pandemi COVID-19)," kata Tulus, Senin, 15 Maret 2021.

BYD Indonesia Bangun Diler Mewah di Kawasan Cibubur

Baca juga: Neraca Perdagangan Februari 2021 Surplus US$2 Miliar

Tak hanya itu, Tulus juga menjelaskan bahwa penggunaan masker yang marak digunakan sehari-hari di masa pandemi COVID-19 ini, telah menyumbang sampah di Jakarta hingga mencapai 1,5 ton per Desember 2020 lalu.

C3 Aircross Dijual Murah, Citroen Tak Berminat Pasang Target Penjualan

"Makanya sebisa mungkin, saya sebagai konsumen menghindari sampah masker dengan menggunakan masker kain untuk mengurangi sampah," ujarnya.

Tulus menekankan, sebagai konsumen, masyarakat semestinya tidak hanya berbicara soal hak, tapi juga kewajiban dan tanggung jawab khususnya terkait pola konsumsi plastik yang tercatat telah meningkat cukup tajam.

"Karena kita sebagai konsumen juga punya tanggung jawab mengurangi hal tersebut," kata Tulus.

Dia menambahkan, selain pandemi COVID-19, saat ini ada juga pandemi yang mengancam masyarakat yakni pandemi konsumsi plastik. Karena, sampah plastik ini sangat merusak lingkungan, di mana 30 persen dari sampah-sampah plastik itu berakhir masuk ke laut.

"Beberapa bulan yang lalu, ada ikan paus yang mati di tepi pantai dan saat isi perutnya dibedah isinya sampah seperti sandal jepit, bungkus mie instan, dan sebagainya," kata Tulus.

"Itu bisa mengindikasikan pencemaran yang sama pada ikan-ikan yang mungkin saja dikonsumsi oleh masyarakat, dan itu akan sangat berbahaya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya