Sri Mulyani Sayangkan Lonjakan COVID-19 saat Ekonomi Mulai Pulih

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Sumber :
  • instagram @smindrawati

VIVA – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengaku cukup menyayangkan lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia saat ini. Lonjakan kasus justru terjadi pada saat perekonomian nasional mulai berangsur pulih.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Sri Mulyani memperhatikan bahwa tren pemulihan ekonomi nasional sudah tercermin dari pertumbuhan kuartal I-2021 yang minus 0,74 persen, hingga akhirnya terhenti di awal Juni 2021 akibat adanya lonjakan kasus COVID-19 yang menyebabkan PPKM Darurat.

"Jadi pada awal Juni lalu itu indikator ekonomi masih menunjukkan perbaikan, karena tren penguatan ekonomi sedemikian kuatnya," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi, Jumat 2 Juli 2021.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Baca juga: Ridwan Kamil Minta Warga yang Isolasi Mandiri Tak Timbun Oksigen

Menkeu menjabarkan indikasi pemulihan ekonomi tersebut antara lain mulai berekspansinya kalangan dunia usaha seiring dengan geliat inflasi. Kemudian, indeks keyakinan konsumen meningkat, hingga tren kenaikan pada penjualan ritel dan konsumsi listrik.

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

"Di mana keseluruhan hal tersebut menunjukkan adanya gambaran positif, bahkan pertumbuhan yang terjadi ada yang sampai double digit," ujarnya.

Sri Mulyani mengatakan, semua indikasi pemulihan ekonomi nasional itu terjadi, pada saat kasus COVID-19 bergerak melandai pada bulan April hingga Mei 2021.

Hingga kemudian, merebaknya kasus penularan akibat varian delta, membuat pemulihan ekonomi mulai termoderasi di bulan Juni akibat kekhawatiran penyebaran varian baru COVID-19 yang sangat menular.

Karena itu, Sri Mulyani mengatakan, konsumsi masyarakat bisa dipastikan juga akan mulai terkoreksi, akibat pembatasan mobilitas di masa PPKM Darurat pada 3-20 Juli 2021 mendatang. Dia menambahkan, dampak secara ekonomi dari dinamika tersebut, setidaknya akan bisa terlihat pada data realisasi PDB di kuartal III-2021.

"Meskipun investasi diharapkan masih akan terjaga, karena PPKM Darurat masih mengizinkan operasional sektor konstruksi dengan penerapan prokes yang ketat. Jadi komponen bangunan 70 persen masih terjaga momentumnya. Kami berharap laju investasi terjaga, tapi Juni ini harus dimonitor," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya