Muhammadiyah Ingin Bappenas Rancang Kebijakan Ekonomi Kerakyatan

Suharso Monoarfa dan Haedar Nashir
Sumber :
  • PP Muhammadiyah

VIVA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menerima kunjungan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas, Suharso Monoarfa di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu 9 April 2022.

Pesan Penting Haedar Nashir untuk Prabowo Usai Ditetapkan Presiden Terpilih

Haedar saat menemui Suharso ditemani oleh Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Ketua Majelis Diktilitbang Lincolyn Arsyad, dan Ketua MPKU Agus Samsudin. Dalam pertemuan ini membahas berbagai hal diantaranya tentang ekonomi kerakyatan.

Haedar menyarankan agar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), merancang kebijakan ekonomi kerakyatan yang strategis dan progresif. Langkah ini agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) makin maju demi terwujudnya keadilan sosial di Indonesia sekaligus ada akselerasi agar kesenjangan dapat dipecahkan.

Muhammadiyah: Prabowo Harus Menyerap Aspirasi Anies, Cak Imin, Ganjar, dan Mahfud

“Bappenas perlu merancang kebijakan strategis dan progresif untuk UMKM dalam pengembangan ekonomi kerakyatan yang membawa kesejahteraan sebesar-besarnya rakyat banyak, sekaligus memperbendek jarak kesenjangan ekonomi Indonesia,” kata Haedar dalam keterangan tertulisnya.

Selain membicarakan ekonomi kerakyatan, pada pertemuan itu juga membincangkan ihwal penguatan sistem kesehatan. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam telah lama dan terus menerus mengembangkan mutu pelayanan kesehatan.

Dedie Rachim Kabarkan Idul Fitri Tingkat Kota Bogor Digelar Bersamaan 10 April

Haedar menyebut, dengan adanya kerja sama Muhammadiyah dengan Kementerian PPN, fasilitas kesehatan bagi masyarakat luas diharapkan akan mengalami peningkatan.

“Dalam posisi beliau sebagai Menteri PPN kita juga memperkuat wawasan dan kerja sama Muhammadiyah dan pemerintah untuk memperkuat sistem kesehatan,” ungkap Haedar.

Haedar menuturkan selain itu, dalam pertemuan tersebut juga membahas tentang hubungan keislaman dan keindonesiaan. Termasuk aktualisasi nilai-nilai keduanya dalam kebangsaan kini.

Menurut Haedar, Islam dan Indonesia memiliki sejarah dan basis pemikiran yang bersenyawa. Antara keduanya tidak ada sesuatu yang harus dipertentangkan.

Pasalnya, kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran kekuatan-kekuatan Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Persis, dan gerakan Islam lainnya. Muhammadiyah bahkan telah mengeluarkan putusan muktamar resmi di Makassar tahun 2015 tentang negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah.

“Kita juga berharap kepada kelompok warga masyarakat lain yang afiliasi politik dan aliran agamanya cenderung heterogen untuk juga menempatkan keislaman dan keindonesiaan sebagai satu kesatuan dan bukan sebagai ancaman,” jelas Haedar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya