Dipakai Garuda Terbang Komersil Pertama di Dunia, Begini Cara Produksi Bioavtur

Petugas melakukan pengisian bahan bakar pada salah satu pesawat di Bandara Udara.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Jojon

Jakarta - Sejumlah sektor dinilai sulit untuk melakukan transisi energi terutama dalam usaha menuju sustainability atau keberlanjutan. Sektor-sektor tersebut antara lain yakni konstruksi, produksi baja (steel), dan penerbangan (aviation).

Beredar Video WN Polandia Kehilangan Isi Kopernya, Pihak Bandara Ngurah Rai Bali Beri Penjelasan

Usaha transisi di bidang aviation ini diketahui utamanya adalah dengan memproduksi bioavtur, atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). Bahan bakar dari energi terbarukan itu baru saja resmi digunakan Garuda Indonesia, untuk melakukan penerbangan komersil pertama di dunia menggunakan BBM non-fosil.

Lantas, bagaimana cara memproduksi SAF tersebut?

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional RI Jadi 17, Simak Daftarnya

Senior Vice President (SVP) Research & Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza menjelaskan, SAF dapat diproduksi sesuai dengan potensi sumber daya alam setempat atau Resource-based Energy Transition.

Pesawat Garuda Indonesia mendarat di Bandara Ahmad Yani Semarang pasca banjir

Photo :
  • VIVA/Teguh Joko Sutrisno
DPR Tolak Iuran Pariwisata Dibebankan ke Industri Penerbangan, Tiket Pesawat Bisa Makin Mahal

Untuk negara-negara yang memiliki minyak nabati yang melimpah, rute yang dipilih adalah hydrogenation dan Isomerization.

"Populer dengan nama HEFA, atau Hydrotreated Esters and Fatty Acids," kata Oki dalam keterangannya, Jumat, 27 Oktober 2023.

Namun, jika minyak nabati tidak tersedia, SAF dapat diproduksi dari alcohol dengan proses alcohol-to-jet (ATJ). "Di mana Alcohol menjadi olefin, kemudian di polimerisasi dan masih harus di hidrogenasi," ujarnya.

Kemudian, untuk negara yang hanya memiliki kayu, Oki memastikan bahwa mereka memiliki dua pilihan. Pertama, kayu bisa diolah menjadi alcohol kemudian mengikuti rute ATJ.

Kedua, kayu diolah menjadi fase gas dengan gasifikasi. Kemudian, syngas-nya diolah menjadi hidrokarbon rantai panjang dengan Fischer Tropsch.

"Alhamdulillah, dengan potensi minyak nabati terbesar di planet bumi, Indonesia kini sudah mampu menghasilkan SAF dengan rute hidrogenasi. Next, kita terus kembangkan Isomerization agar kualitas SAF makin prima," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya