Peringkat Daya Saing Indonesia Membaik

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi/properti.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Indonesia memperbaiki peringkat daya saing dunia untuk periode 2013-2014. Laporan World Economic Forum bertajuk Global Competitiveness Report menunjukkan peringkat daya saing Indonesia naik dari posisi 50 pada periode 2012-2013 menjadi 38.

Temui Jokowi, CEO Microsoft Komitmen Kembangkan Bisnis Teknologi di Indonesia

Dalam Global Competitiveness Index, skor yang diperoleh Indonesia sebesar 4,53. Namun, skor tersebut masih jauh dibanding peringkat pertama, Swiss, dengan nilai 5,67.

Setelah tiga tahun terjadi penurunan bertahap, peringkat indeks daya saing Indonesia mulai membaik. Meskipun, di tingkat ASEAN, peringkat daya saing Indonesia masih kalah dari Singapura di peringkat 2, Malaysia (24), Brunei Darussalam (26), dan Thailand (37).

Dari 12 kategori survei peringkat daya saing, Indonesia mencatat perbaikan pada 10 kategori. Salah satu faktor penopang membaiknya peringkat daya saing RI adalah berlanjutnya pembangunan yang memberikan kontribusi untuk mempertahankan Indonesia mencapai momentum pertumbuhan yang mengesankan.

Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,2 persen per tahun selama satu dekade terakhir. Meski kinerja secara keseluruhan tidak merata, Indonesia mampu meningkatkan pembangunan di bidang infrastruktur.

Setelah bertahun-tahun cenderung diabaikan, Indonesia telah meningkatkan belanja infrastruktur untuk perbaikan jalan, pelabuhan, fasilitas air, dan pembangkit listrik.

Laporan itu menunjukkan bahwa perbaikan di sektor infrastruktur sudah mulai berbuah. Efisiensi pasar tenaga kerja juga membaik, meskipun masih berada di kisaran rendah.

Kekakuan dalam pengaturan upah dan partisipasi perempuan dalam lapangan pekerjaan tercatat masih lemah, sehingga memengaruhi kinerja Indonesia di sektor tenaga kerja. Namun, kualitas lembaga publik dan swasta meningkat, dengan semua indikator menunjuk ke arah perbaikan.

Secara khusus, Indonesia berada di peringkat yang memuaskan dalam efisiensi pemerintahan. Meskipun, masih ada "noda" yang mengganggu, yakni terkait penyuapan dan keamanan.

Untuk kinerja makro ekonomi, masih ditandai dengan defisit setara 1,3 persen dari produk domestik bruto (PDB), dan utang pemerintah bruto sekitar 24 persen dari PDB. Tingkat inflasi rendah dengan tingkat tabungan melebihi 30 persen PDB.

Sementara itu, untuk daya saing yang terkait kesiapan teknologi, peringkat Indonesia juga meningkat. Sektor swasta mengontribusi paling besar dan semakin agresif dalam mengadopsi teknologi terbaru.

Namun, untuk kesehatan, di beberapa daerah kinerja memburuk, karena kejadian penyakit menular dan angka kematian bayi yang termasuk tinggi. (eh)

Gerindra Harap Ada Titik Temu Setelah Partai Gelora Tolak PKS Gabung Koalisi
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan dengan mantan presiden Megawati Soekarnoputri

Politikus Muda PDIP: Jokowi Membakar Rumahnya Sendiri

Politikus muda PDIP Aryo Seno Bagaskoro menegaskan para elite, kader dan akar rumput PDIP menolak rencana pertemuan Megawati dengan Jokowi

img_title
VIVA.co.id
30 April 2024