Harga Minyak Merosot, Jepang Diharapkan Revisi Pertumbuhan

Bursa saham Tokyo
Sumber :
  • REUTERS/Yuya Shino

VIVA.co.id - Forum para pejabat Bank Sentral Jepang (BOJ) yang digelar pekan ini akan membahas topik yang cukup berat terkait kemungkinan menunda ekspansi stimulus moneternya. Padahal, kejatuhan harga minyak ditengarai berpotensi menyebabkan target tingkat inflasi sebesar 2 persen tak tercapai.

Seperti diberitakan Reuters, Senin 19 Januari 2015, sekitar tiga bulan lalu BOJ mengumumkan ekspansi programnya dalam pelonggaran kualitatif dan kuantitatif (QQE) dimaksudkan sebagai langkah preventif terhadap kejatuhan harga minyak, dan menahan laju kenaikan harga agar tingkat inflasi dapat terjaga seperti yang diekspektasikan.

Langkah ini membuat pasar terus berspekulasi bahwa dengan penurunan harga minyak yang terus menerus, hingga telah hampir kehilangan setengah nilainya sejak Oktober lalu, akan memaksa BOJ untuk semakin memberikan kelonggaran lagi dalam beberapa bulan mendatang.

Pengamat menyebutkan bahwa BOJ didesak untuk menurunkan inflasi konsumen untuk tahun fiskal mendatang di bawah level 1,5 persen dari target utama sebesar 1,7 persen yang diproyeksikan untuk Oktber tahun ini.

Anggota dewan forum BOJ banyak yang mempertimbangkan agar langkah peningkatan stimulus moneter ini sebaiknya ditunda, karena dengan program pembelian obligasi yang besar-besaran, BOJ sebenarnya mendorong yield ke wilayah negatif.

Sebagai gantinya, BOJ akan mengembangkan dua skema pinjaman yang bertujuan memacu perbankan menggenjot pertumbuhan kredit.

Namun, analis menyatakan, peningkatan pembelian aset di bawah program QQE tidak bisa dikesampingkan, apabila dewan BOJ memperkirakan rata-rata inflasi untuk tahun fiskal berikutnya turun di bawah 1 persen.

"Dengan mengikat langkah Oktober terhadap pergerakan minyak, BOJ jatuh ke dalam perangkap sendiri. Harga minyak yang murah memberi manfaat kepada importir besar seperti Jepang," ujar Izuru Kato, ekonom dari Totan Research.

BOJ diharapkan merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun fiskal berikutnya. Hal itu dapat membantu BOJ dalam menerapkan kebijakannya. Karena, pemulihan ekonomi akan mempersempit kesenjangan output dan menyebabkan kenaikan upah, sehingga mengimbangi tekanan sementara dari penurunan harga minyak.

Kalangan analis mengharapkan inflasi konsumen dapat bertahan di bawah 1 persen pada tahun fiskal berikutnya. Dengan program QQE, BOJ berjanji untuk meningkatkan stimulus moneternya dengan pembelian aset yang agresif untuk mencapai inflasi target 2 persen. (art)

Baca juga:

Harga Minyak AS Alami Kenaikan Tertinggi Selama Maret
 Ladang minyak di California.

Investor Ragukan Produsen, Harga Minyak Kian Murah

Produsen diragukan komitmennya kurangi pasokan global.

img_title
VIVA.co.id
5 April 2016