Jenderal Militer AS Tertembak dalam Serangan Taliban di Afghanistan

Brigadir Jenderal Angkatan Darat AS, Jeffrey Smiley
Sumber :
  • Staff Sergeant Neysa Canfield

VIVA – Kementerian Pertahanan Amerika Serikat mengonfirmasi bahwa seorang Jenderal Angkatan Darat AS tertembak dalam serangan Taliban, yang juga menewaskan dua pemimpin Afghanistan di dalam Kompleks Gubernur Kandahar, pekan lalu.

Indonesia Provides 10 Millilon Polio Vaccine Doses to Afghanistan

Brigadir Jenderal Angkatan Darat, Jeffrey Smiley, saat ini tengah memulihkan diri, setelah mengalami satu luka tembak. Smiley telah bertugas di Angkatan Darat AS selama lebih dari 30 tahun, dan menjadi jenderal pada Mei 2017.

Dilansir dari South China Morning Post, Smiley dikerahkan ke Afghanistan musim panas ini dan mengambil komando unit dengan markas besar di Kandahar, yang dikenal sebagai train, advise, assist and command-south.

Di India Diperkosa Massal, Wanita Brasil Ini Malah Lebih Aman Saat Bertemu Taliban

Selain Smiley, salah satu orang yang juga terjebak saat serangan itu terjadi adalah Jenderal Austin 'Scott' Miller, perwira tinggi AS di Afghanistan.

Juru bicara militer utama di Afghanistan, David Buttler, mengungkapkan bahwa para pejabat AS terjebak dalam baku tembak tersebut, setelah seorang pria bersenjata mulai melepaskan tembakan. Taliban telah mengklaim serangan itu dan mengatakan Miller adalah salah satu target utama mereka.

Aturan Baru Taliban Untuk Pejabat: Tak Boleh Potret Makhluk Hidup Karena tak Sesuai Syariat Islam

Sementara itu, para pejabat Afghanistan yang tewas dalam serangan tersebut termasuk Jenderal Abdul Raziq, seorang pejabat keamanan yang kuat namun kontroversial, yang telah selamat dari berbagai upaya pembunuhan.

Dia berkuasa karena membersihkan Taliban dari wilayah Kandahar, tetapi dituduh melakukan pembunuhan di luar hukum, penyiksaan dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Dia membantah tuduhan itu.

Petinggi Afghanistan yang juga terbunuh adalah Kepala Intelijen Kandahar, Abdul Momin. Serangan ini mendorong pemerintah Afghanistan untuk menunda pemungutan suara di Kandahar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya