Nasib Mayat-mayat di Kota Terhoror COVID-19, Kini Numpuk di Kulkas RS

Jenazah korban corona di Kota Guayaquil
Sumber :

VIVA – Nasib jenazah-jenazah korban keganasan Virus Corona atau COVID-19 di Kota Guayaquil, Ekuador, ternyata belum jelas.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Sejak ditemukan dibiarkan di jalanan dan di dalam-dalam rumah warga, kini belum satupun jenazah bisa dimakamkan.

Seluruh jenazah yang dievakuasi petugas dari jalanan dan rumah-rumah warga kini masih menumpuk di kamar mayat Rumah Sakit Guasmo Sur.

Geger Vaksin COVID-19 AstraZeneca, Ketua KIPI Sebut Tidak ada Kejadian TTS di Indonesia

Jenazah yang jumlahnya ratusan itu, dibiarkan membeku di dalam lemari pendingin atau kulkas berukuran raksasa yang telah didatangkan Kementerian Kesehatan setempat.

Jenazah-jenazah itu tak bisa langsung dikuburkan karena saat ini, Rabu 8 April 2020, Pemerintah Ekuador masih menyiapkan lahan pemakaman.

Sempat Hilang Kesadaran Akibat Sepsis, Chicco Jerikho Ngerasa Dikasih Kesempatan Kedua

Lahan pemakaman yang disiapkan berada di wilayah Guayaquil utara, pemerintah mengklaim lahan itu bisa menampung 2.000 jenazah sekaligus.

Perlu diketahui, Kota Guayaquil mendadak jadi sorotan dunia setelah ditemukan pemandangan horor. Di kota berpenduduk 2,5 juta jiwa itu banyak ditemukan mayat-mayat korban corona yang dibiarkan di jalanan dan teras rumah warga.

Ketika itu Menteri Kesehatan Ekuador, Juan Carlos Zevallos, saat diwawancarai Radiolacalle.

"Kamu tidak bisa menyembunyikan mayat, kamu tidak bisa menyembunyikan korban tewas. Itu sama sekali tidak layak, itu adalah momen ketidak-transparansi. Apa yang saya jelaskan adalah bahwa ada peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam jumlah orang yang meninggal di kota itu, dari pergi dari 700 menjadi 1500 mati dalam waktu yang sangat singkat adalah sesuatu yang menjadi tidak terkendali," kata Zevallos.

Sementara itu hingga saat ini, Ekuador secara resmi baru melaporkan 3.995 kasus ke WHO di mana jumlah korban meninggal disebutkan baru sebanyak 220 jiwa.

Baca: Gara-gara COVID-19, Amerika Desak PBB Pecat China dari Dewan HAM

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya