Kelab Malam di 'Kemangnya' Seoul Klaster Corona, Homoseksual Tertuduh

Musim dingin di Seoul, Korea Selatan.
Sumber :
  • VIVA/Zahrotustianah

VIVA – Sebuah klaster baru Corona COVID-19 yang terjadi di kawasan hiburan Itaewon di Kota Seoul terus mengalami pelonjakan kasus. Wali Kota Seoul, Park Won-soon mengatakan hingga Selasa pagi sebanyak 101 kasus terhubung ke klaster Itaewon, wilayah di Seoul yang merupakan pusat gaya hidup maupun spot hiburan dan banyak ditinggali warga elite dan warga asing berkelas. Sedikit mirip citranya dengan wilayah Kemang di Jakarta.

Untuk menelusuri siapa saja yang mengunjungi kelab malam ataupun kelab gay di kawasan Itaewon, pemerintah Korea Selatan menggunakan data ponsel untuk melacaknya. Selain itu, mereka juga menjanjikan kerahasiaan data bagi mereka yang menjalani tes agar tidak mendapat stigma negatif seputar homoseksualitas.

Pemerintah Kota Seoul telah mengantongi daftar 10.905 orang yang mengunjungi kawasan tersebut melalui data yang disediakan oleh operator seluler.

Banyak pelanggan kelab malam diyakini enggan untuk melakukan tes karena stigma negatif seputar homoseksualitas di Korea yang masih tinggi.

Kasus baru yang muncul di Itaewon ini membuat Seoul dan beberapa kota di dekatnya seperti Gyeonggi, Incheon dan Daegu memerintahkan penutupan seluruh kelab malam dan bar.

Markas besar manajemen bencana Korea (KDMH) mengatakan, hampir 2 ribu orang yang pernah mengunjungi kawasan hiburan malam tersebut berada di luar jangkauan, mereka juga telah mengerahkan ribuan polisi untuk melacak para pengunjung tersebut, seperti dikutip dari SBS.

"Badan Kepolisian nasional telah membentuk sistem operasi dengan 8.559 petugas yang dikerahkan, untuk melacak siapa saja yang tidak dapat diidentifikasi melalui informasi kartu kredit atau data yang disediakan oleh operator seluler," kata Direktur KDMH Yoon Tae-ho.

Park Won-soon mengatakan, saat ini lebih dari 7 ribu orang yang pernah mengunjungi kawasan Itaewon selama dua minggu terakhir telah dites. Park juga mengatakan akan mengenakan denda sebesar 2 juta won bagi siapa saja yang menghindar dari tes virus Corona.

Viral, STY Salami dan Peluk Seluruh Pemain Korsel usai Digilas Timnas Indonesia

Tingkat pengetesan di Kota Seoul naik dua kali lipat setelah pemerintah menjamin privasi mereka yang melakukan tes. Namun pemerintah mengatakan masih butuh lebih banyak orang lagi untuk melakukan pengetesan.

Homoseksual di Korea Selatan tidaklah ilegal. Namun stigma negatif dan diskriminasi terhadap kaum homoseksual masih tinggi. Pemerintah Kota Seoul juga bekerja sama dengan organisasi hak asasi manusia untuk mencegah kemungkinan kebocoran data privasi dalam kasus ini.

Anak Shin Tae-yong: Meskipun Warga Korsel, Saya Dukung Timnas Indonesia

Baca juga: Kota Shulan di China Lockdown, Muncul Klaster COVID-19 Baru

Laporan: Dion Yudhantama

Ini Alasan Nathan Tjoe-A-On tak Ambil Penalti saat Timnas Indonesia Tekuk Korea Selatan
Timnas Indonesia

Pengamat Sepakbola: Penyelesaian Akhir Timnas Indonesia Masih Harus Dibenahi

Pengamat sepakbola, Mohammad Kusnaeni menyatakan bahwa Timnas Indonesia perlu meningkatkan efektivitas penyelesaian akhir saat menghadapi Uzbekistan di Piala Asia U-23.

img_title
VIVA.co.id
29 April 2024