Logo DW

Baca Ini Dulu Sebelum Memulai Karier Sebagai Influencer

Reuters/T. Adelaja
Reuters/T. Adelaja
Sumber :
  • dw

Pada awalnya, tujuan saya mempunyai akun Facebook, Twitter dan Instagram adalah sebagai wadah untuk berekspresi dan berinteraksi dengan teman-teman. Sebagaimana tujuan awal Mark Zuckerberg membuat Zucknet pada awalnya untuk membantu komunikasi pegawai ayahnya di klinik dokter gigi dan menjadi sarana berkirim pesan di keluarga.

Sayangnya teknologi selalu berkembang tidak seirama dengan intensi si pembuat. Kini media sosial mengubah wadah berkomunikasimenjadi papan iklan. Facebook buatan Mark Zuckerberg kini tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi tetapi juga pasar/market place dan fitur yang paling baru yakni Facebook iklan. Sementara di Instagram dan Twitter dengan modal 5000-10000 akun pengikut, seseorang dapat menjadi pengiklan yang kini disebut dengan istilah 'influencer'.

Berinteraksi di dunia maya kini tidak sekadar untuk mencari kesenangan tetapi juga keuntungan melalui klik, penayangan iklan dan promosi produk secara langsung. Setiap akun berada dalam posisi kompleks yakni: menjadi pengguna media sosial dan mengunggah konten pada umumnya dan bekerja sebagai pembuat konten hiburan/edukasi dan memasang iklan. Pengguna pada pilihan kedua disebut juga dengan 'influencer'.

Jika kita tidak mendaftar untuk menjadi pengiklan, tetap saja media sosial menampilkan iklan. Setiap kali kita membuka lini massa media sosial, selalu muncul iklan yang telah disesuaikan dengan data pribadi kita.

Di antara Facebook, Instagram, Twitter dan YouTube, hanya YouTube yang lebih dulu menggunakan dan mengembangkan skema Google AdSense kepada penggunanya. Sehingga para konten kreator dapat mendapatkan keuntungan secara otomatis. Dengan sistem ini, maka setiap pengguna media sosial masuk dalam kategori yang kompleks sebagai pengguna, konsumen, calon konsumen, pengiklan dan buruh konten sekaligus.

Dalam logika kapitalisme, mari kita bicara tentang untung-rugi. Ketika semua pengguna media sosial menjadi konsumen, calon konsumen dan papan iklan produk itu sendiri, tentu yang paling diuntungkan adalah penyedia platform dan pengiklan. Penyedia platform seperti Facebook, YouTube dan Twitter diuntungkan karena semakin banyak waktu yang dihabiskan pengguna, dan iklan yang dipajang mampu memberikan pemasukan bagi mereka. Kedua untuk pengiklan.

Produk-produk seperti Primark dan Xiaomi selalu berdalih mereka mampu menurunkan harga di pasaran karena mereka meminimalkan iklan dalam bentuk fisik. Dua brand ini menekan biaya iklan percaya harga miring dapat memenangkan hati pembeli. Pembeli produk, yang memiliki akun di sosial media akan mempromosikan sendiri produk yang dia beli dan memengaruhi calon pembeli yang juga berinteraksi di sosial media.