Logo DW

Konflik Laut China Selatan, Indonesia Serukan Semua Negara Tahan Diri

picture-alliance/Vcg/MAXPPP
picture-alliance/Vcg/MAXPPP
Sumber :
  • dw

Zheng mengatakan kepada Duta Besar Branstad bahwa AS telah "mencampuri urusan dalam negeri Cina dan merugikan kepentingan Cina dalam masalah Xinjiang, Tibet, dan Laut Cina Selatan, yang lebih jauh mengungkap keaslian sifat hegemoninya," ujar Zheng Zeguang, menurut sebuah laporan pada hari Rabu (15/07) yang diselenggarakan oleh media pemerintah.

Lebih lanjut, Zheng mendesak AS untuk tidak melangkah “semakin jauh di jalur yang salah." Kedutaan Besar AS tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Ketegangan berlarut di Laut Cina Selatan

Klaim Cina atas wilayah di Laut Cina Selatan telah lama menjadi sumber iritasi dengan sejumlah negara di Asia seperti Malaysia, Vietnam dan Indonesia. Cina pernah mengirim patroli untuk memperingatkan Malaysia dan Vietnam agar tidak mengeksplorasi minyak dan gas di dalam zona ekonomi eksklusif mereka.

Sementara itu, kapal penangkap ikan berbendera Cina secara bebas keluar masuk perairan negara tetangga termasuk Indonesia yang berbatasan dengan tepi Laut Cina Selatan. Nelayan dari Vietnam dan Filipina juga memprotes larangan penangkapan ikan sepihak oleh Beijing.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan bahwa klaim agresif Cina terhadap Laut Cina selatan tidak sesuai dengan hukum internasional. Pompeo pada hari Rabu juga mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung negara-negara yang batas teritorialnya dilanggar oleh Cina. Pernyataan ini disambut oleh berbagai negara salah satunya yaitu Vietnam.

"Vietnam menyambut baik posisi negara-negara lain dalam masalah Laut Cina Selatan yang sejalan dengan hukum internasional, sebagaimana dinyatakan pada KTT ASEAN ke-36 bahwa Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 adalah kerangka hukum yang mengatur semua kegiatan di laut," ujar Juru Bicara Kementerian Vietnam, Le Thi Thu Hang.