Logo DW

Etnis Mongol di China Demo Menolak Kewajiban Berbahasa Mandarin

DW/Nina Treude
DW/Nina Treude
Sumber :
  • dw

Perubahan dadakan pada kurikulum pendidikan untuk Daerah Otonomi Mongolia Dalam mewajibkan sekolah memberikan pelajaran dalam bahasa Mandarin, bukan lagi bahasa Mongol. Langkah serupa juga diterapkan pemerintah Cina di Tibet dan Xinjiang. Kebijakan tersebut dikritik sebagai upaya asimilasi etnis minoritas ke dalam budaya mayoritas Han.

“Hampir semua warga Mongol di Mongolia Dalam menolak perubahan kurikulum ini,” kata Hu, seorang penggembala berusia 32 tahun dari area Liga Xilingol. Dia memperingatkan generasi muda Mongol bisa melupakan bahasa ibunya.

“Dalam beberapa dekade ke depan, bahasa kaum minoritas akan berada di ambang kepunahan.”

Ketegangan menyapu kawasan sabana di tepi perbatasan Mongolia dan Rusia itu, sejak perubahan kurikulum Biro Pendidikan Mongolia Dalam, Rabu (26/8) pekan lalu.

Akibatnya aksi protes massal oleh orangtua murid, mahasiswa dan warga berkecamuk di setiap penjuru provinsi. Sementara puluhan ribu murid sekolah memboikot kelas dan menolak datang ke sekolah.

Dalam beberapa video yang berbeda, sejumlah murid berseragam terdengar berteriak dalam bahasa Mongol, “Saya bersumpah sampai mati akan selalu mempelajari bahasa ibu saya.”

“Setidaknya ada puluhan ribu penduduk yang berdemonstrasi di Mongolia Dalam,” kata seorang penggembala di Liha Hinggan yang menolak menyebutkan nama lantaran mengkhawatirkan persekusi aparat keamanan.