Logo DW

Cina Propagandakan Teori ‘Konspirasi’ Peran AS Bocorkan Virus Corona

picture-alliance/Photoshot/Xiao Yijiu
picture-alliance/Photoshot/Xiao Yijiu
Sumber :
  • dw

Dalam keterangan resmi, pemerintah Norwegia mengatakan kasus kematian 23 lansia bukan disebabkan secara langsung oleh vaksin, melainkan kondisi tubuh pasien yang memang sudah sekarat. Sejak itu pemerintah membatasi program imunisasi untuk pasien di usia lanjut dengan kondisi lemah. WHO juga menyatakan vaksin tidak "berperan aktif" dalam kasus kematian 23 pasien.

Upaya Cina menghasut keraguan dan menyebar teori konspirasi di tengah vaksinasi massal sebabnya dilihat sebagai hal "yang sangat, sangat berbahaya," kata Yuan Zeng. Menurutnya propaganda miring semacam itu akan mempersulit tugas pemerintah di banyak negara mempromosikan program imunisasi kepada masyarakat.

Laporan kritis di Cina terhadap vaksin Pfizer muncul seusai otoritas kesehatan Brasil mengoreksi tingkat efikasi vaksin Sinovac buatan Cina dari 78% efektif, menjadi cuma 50,4% efektif. Temuan itu selaras dengan penelitian serupa di Indonesia yang menyebut tingkat efikasi Sinovac berada di kisaran 62%.

Setelah pengumuman di Brasil, Australian Strategic Policy Institute melaporkan pihaknya mencatat lonjakan arus desinformasi dari Cina seputar vaksin buatan Pfizer-BioNTech. Belasan artikel online di situs kesehatan yang populer membibit keraguan terhadap keampuhan vaksin, merujuk pada laporan di jurnal ilmiah, British Medical Journal, yang meragukan data hasil uji klinis oleh Pfizer.

Propaganda ini, kata Fang, "sangat memalukan" bagi pemerintah Cina. Menurutnya, Beijing hanya ingin menumbuhkan keraguan terhadap Pfizer untuk menutupi rasa malu menyusul rendahnya efisiensi vaksin Sinovac.

Menurut Jacob Wallis, analis senior di Australian Strategic Policy Institute, Partai Komunis Cina melihat penyelidikan WHO menyimpan risiko politik karena akan menerangi bagaimana laku pemerintah mengadang wabah di masa awal. PKC ingin "mengalihkan perhatian audiens domestik dan internasional, dengan secara dini mendistorsi narasi perihal tanggungjawab terhadap kemunculan pandemi Covid-19," kata dia.

Pekan lalu juru bicara Kemenlu Cina, Hua Chunying, mendesak WHO agar membuka penyelidikan serupa terhadap laboratorium militer AS di Maryland. "Kalau bangsa Amerika menghormati kebenaran, maka silakan dibuka Fort Deterick dan publikasikan informasi tentang sekitar 200 atau lebih laboratorium biologi di luar AS, dan mohon izinkan WHO melakukan penyelidikan asal usul virus di AS," kata dia.