Logo ABC

Putu Laxman Pendit Doktor Perpustakaan yang Tak Dapat Tempat di RI

Putu Pendit berbicara mewakili Australia untuk Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional - sektor pendidikan (Foto: Depdikbud RI)
Putu Pendit berbicara mewakili Australia untuk Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional - sektor pendidikan (Foto: Depdikbud RI)
Sumber :
  • abc

Ketersediaan sumber daya pustakawan ketika itu juga sangat memprihatinkan, dan mereka yang  bekerja di perpustakaan Indonesia kebanyakan orang-orang yang “terpaksa” menjalani profesi itu, atau bahkan orang-orang “buangan” yang tidak disukai di tempat lain.

Maka Putu Pendit berniat membantu mengembangkan perpustakaan dengan mendidik ahli-ahli yang profesional.

"Inilah satu-satunya alasan saya bersedia meninggalkan pekerjaan yang waktu itu cukup mapan di bidang kewartawanan dan “berpindah ladang” ke dunia akademik yang sebenarnya jauh lebih 'kering'," katanya kepada ABC Indonesia. 

Menurut Putu Pendit, di akhir 1980-an hanya ada dua perguruan tinggi yang mendidik sarjana bidang perpustakaan di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran, Bandung.

Tapi kini sudah ada setidaknya 60 perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan diploma, sarjana, dan magister di bidang perpustakaan.

"Menengok ke belakang, saya merasa cukup bangga dan berhasil mencapai cita-cita saya, sebab berhasil menegaskan bahwa profesi pustakawan memerlukan landasan keilmuan."

"Tahun 1993 saya bersama Profesor Sulistyo-Basuki mendirikan sekolah magister (strata-2) – sebuah sekolah jenis pertama di Indonesia untuk bidang perpustakaan.