Wow, Alutsista AS yang Dijarah Taliban Bernilai Rp255 Triliun 

Pasukan Taliban dengan seragam taktikal bersenjata menguasai Kabul Afghanistan
Sumber :
  • Twitter @TalibanSoldiers

VIVA – Milisi Taliban di Afghanistan tampil beda dengan seragam taktikal lengkap dengan senjata M4 buatan AS. Konvoi dengan kendaraan lapis baja maupun Hamvee yang biasa digunakan militer AS. Foto-foto mereka beredar di media sosial dan menyebut pasukan tersebut dengan slogan 'Victory Force' atau Pasukan Kemenangan.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

Bila umumnya kelompok teroris atau militan biasa menenteng senjata AK-47, tanpa seragam yang menjadi ciri khusus. Tapi, pasukan Taliban sekarang tampil secara teratur-berseragam dan terlihat menggendong senjata serbu kelasnya militer AS, berikut perlengkapan perang lainnya.

Pasukan Taliban yang berseragam militer ala AS lengkap dengan helm yang dilengkapi dengan kacamata night vision flip down itu merupakan pasukan khusus Taliban 'Badri 313'. Mereka memamerkan senjata taktis ringan buatan AS, karabin M4A1 – yang masing-masing bernilai sekitar $700 (Rp10 juta).

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

Badri 313 adalah unit pasukan khusus Taliban yang berperan besar dalam merebut ibu kota negara, Kabul. Mereka diberi nama setelah pertempuran kunci dalam sejarah Islam dari 624AD.

Gambar lainnya memperlihatkan betapa bangganya para militan itu membuat slogan "Victory Force" di sisi kendaraan lapis baja M1117 buatan AS, yang per unitnya ditaksir bernilai $800.000 (Rp11,4 miliar).

Indonesia Becomes the World's Most Positive Country

Konvoi pasukan Taliban dengan kendaraan lapis baja milik militer AS

Photo :
  • Twitter @TalibanSoldiers

Ada juga foto milisi Taliban berada di sisi kendaraan tempur Humvee khas militer AS, yang bernilai $220.000 (Rp3 miliar) - dan truk pick-up Ford yang pernah digunakan oleh Angkatan Darat Afghanistan.

Penampilan baru Taliban dengan seragam taktikal lengkap dan alutsista canggih hasil jarahan dari gudang militer AS di Kabul. Setelah Taliban berhasil mengambil alih Kabul dan Istana Kepresidenan, mereka juga gudang militer tentara Afghanistan di Kabul dan menjarah semua perlengkapan militer AS.

Seperti diketahui, militer AS memang meninggalkan begitu banyak senjata dan juga perlengkapan militer lainnya, jelang akhir pendudukan mereka di Afghanistan. Sebagiannya memang diserahkan kepada tentara Afghanistan. Ketika tentara pemerintah runtuh, Taliban merebut persenjataan itu dari mereka.

Dilansir The Sun, AS telah menghabiskan sekitar 13 miliar Poundsterling (setara Rp255 triliun) untuk mempersenjatai dan memperlengkapi tentara Afghanistan sejak 2005 - dan para pejabat telah mengakui bahwa apa pun yang tertinggal dan tidak dihancurkan sekarang berada di tangan Taliban.

Taliban diyakini memiliki puluhan ribu senjata ringan, ribuan kendaraan lapis baja, dan puluhan pesawat, termasuk helikopter dan drone. 

"Segala sesuatu yang belum dihancurkan adalah milik Taliban sekarang," kata seorang pejabat AS kepada Reuters.

Pasukan Taliban dengan seragam taktikal bersenjata di Kabul Afghanistan

Photo :
  • Twitter @TalibanSoldiers

Dan, dikhawatirkan beberapa senjata bisa jatuh ke tangan kelompok teroris sempalan - seperti ISIS - atau bahkan Rusia dan China.

Menurut laporan resmi AS tahun 2017, militer AS di Afghanistan didukung kekuatan alutsista sebanyak 208 pesawat, 75.898 kendaraan, 599.690 senjata, 162.643 buah teknologi komunikasi, dan 16.191 buah peralatan pengawasan.

"Ketika sebuah kelompok bersenjata mendapatkan persenjataan buatan Amerika, itu semacam simbol status. Ini adalah kemenangan psikologis," kata Wakil Direktur Center for International Policy’s Security Assistance Monitor, Elias Yousif.

Seperti diketahui, ribuan orang berusaha melarikan diri dari Afghanistan, setelah negaranya dikuasai rezim Taliban. Sementara Taliban telah melarang warga Afghanistan meninggalkan bandara Kabul, dan menolak perpanjangan batas waktu penarikan pasukan Barat.
 
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan tidak ada penerbangan evakuasi dari Afghanistan akan diizinkan setelah 31 Agustus 2021. Ia memperingatkan upaya penundaan penarikan pasukan militer asing dari Afghanistan berisiko mengobarkan perang.

"31 Agustus adalah waktu yang diberikan dan setelah itu adalah sesuatu yang bertentangan dengan kesepakatan," tegasnya. 

"Semua orang harus disingkirkan sebelum tanggal itu. Setelah itu kami tidak mengizinkan mereka di negara kami, kami akan mengambil sikap yang berbeda," lanjutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya