Logo BBC

Maya Ghazal, Perempuan Suriah Pertama yang Jadi Pilot di Inggris

Maya Ghazal berharap kisahnya dapat menginspirasi banyak pengungsi lain. UNHCR/ Andrew McConnell/BBC Indonesia
Maya Ghazal berharap kisahnya dapat menginspirasi banyak pengungsi lain. UNHCR/ Andrew McConnell/BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Namun karena konflik berkepanjangan, dia kehilangan kepercayaan kepada negaranya sendiri dan tak lagi ingin mewakilinya.

Meski begitu, Maya mengaku memiliki banyak kenangan masa kecil yang indah di Suriah, dikelilingi keluarga yang tinggal berdekatan.

Ayahnya menjalankan usaha pabrik kain di pinggiran ibu kota. Ketika area tersebut kemudian dipenuhi oleh tentara, Maya berkata sang ayah tak punya pilihan selain meninggalkan negara dan mencari pekerjaan lain.

Ayah Maya kemudian mencari suaka ke Inggris.

Maya, saat itu berusia belasan tahun, melanjutkan pendidikan di Suriah dan harus pindah sekolah tiga kali untuk menyelesaikan sekolah menengah.

Pada 2015, keluarganya memutuskan melakukan perjalanan ke Inggris. Maya yang berharap ada masa depan baru menantinya, justru menemukan pintu-pintu tertutup di hadapannya.

Maya saat kecil
Maya Ghazal
Maya mengaku kesulitan beradaptasi dengan kehidupan di Inggris.

Kesempatannya untuk meraih kesuksesan sangat rendah. Akses pendidikan adalah penghalang bagi 83 juta pengungsi yang ada di seluruh dunia.

Saat anak-anak pengungsi beranjak dewasa, kesempatan-kesempatan untuk mereka berkurang drastis, menurut UNHCR.

Secara global, hanya 3% pengungsi mendapatkan akses ke pendidikan tinggi, jauh lebih rendah dari populasi non-pengungsi yakni sebanyak 37%.

"Penolakan dan anggapan meremehkan secara terus-menerus inilah yang justru memberi saya kekuatan," ungkap Maya.