Logo BBC

Maya Ghazal, Perempuan Suriah Pertama yang Jadi Pilot di Inggris

Maya Ghazal berharap kisahnya dapat menginspirasi banyak pengungsi lain. UNHCR/ Andrew McConnell/BBC Indonesia
Maya Ghazal berharap kisahnya dapat menginspirasi banyak pengungsi lain. UNHCR/ Andrew McConnell/BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Namun empat tahun setelah tiba di Inggris, Maya akhirnya berhasil terbang solo. Ketika sedang bersiap lepas landas, namanya disebutkan di radio dari ruang kontrol lalu lintas udara.

Maya merinding mendengarnya.

"Penerbangan pertama saya sangat cepat. Saya memutari bandara lalu mendarat lagi. Itu sangat menyenangkan, dan saya bangga pada diri sendiri."

`Kisah yang menjadi panutan`

Mimpi Maya belum berakhir. Dia masih ingin mendapatkan gelar master dan mengambil lisensi pilot untuk pesawat komersial.

Untuk bisa melakukannya, dia harus mengumpulkan 150 jam terbang. Untuk setiap jam terbang, dia harus mengeluarkan uang sebesar £200 (Rp3,9 juta).

Selain melanjutkan kuliah, Maya juga terus mengkampanyekan hak-hak untuk para pengungsi. Dia berbicara di TED talk dan tahun ini ditunjuk menjadi duta persahabatan (goodwill ambassador) untuk UNHCR.

Maya Ghazal sitting on her plane
UNHCR/Lana Corrine
Maya berharap bisa mendapat lisensi pilot pesawat komersial dalam waktu tiga tahun.

UNHCR berharap bisa mengajak Maya ke kamp-kamp pengungsian dan bertemu dengan para pengungsi setelah pembatasan perjalanan karena Covid telah diangkat.

Badan PBB ini menargetkan 15% populasi pengungsi bisa melanjutkan pendidikan tinggi hingga 2030.

Maya sendiri meyakini bahwa pendidikan adalah hal yang penting, seperti halnya makanan dan minuman, namun dia berkata prioritas utamanya saat ini adalah mengubah persepsi tentang pengungsi dan mendapatkan lebih banyak dukungan dari masyarakat.