Properti China Kena Libas Evergrande yang Berutang Rp4 Ribu Triliun
- abc
Tiga garis merah
Kemelut keuangan Evergrande bermula ketika Beijing menerapkan aturan ketat atas industri real estate pada bulan Agustus lalu.
Dikenal sebagai batas 'Tiga Garis Merah', aturan tersebut bertujuan untuk mengekang utang dan membuat sektor real estate lebih terjangkau bagi warga China pada umumnya.
"Kebijakan ini memaksa perusahaan untuk menawarkan diskon lebih besar pada properti demi menjaga arus kas mereka," jelas Mark Williams, kepala ekonom Capital Economics Asia.
Evergrande dikabarkan tidak mampu lagi melakukan pembayaran bunga pinjamannya.
Sejauh ini, pemimpin China di Beijing tampaknya enggan untuk menyelamatkan perusahaan itu, mengakibatkan ribuan orang mengalami kerugian dan sebagian hancur secara finansial.
"Hidup saya sudah hancur," ujar seorang karyawan kepada ABC di luar markas Evergrande di Shenzhen minggu lalu.
"Perusahaan kami nyaris bangkrut, tidak mungkin lagi bisa terus beroperasi," tambahnya.
Dia menolak menyebutkan namanya, tetapi mengaku sebagai bagian dari karyawan yang menuntut perusahaan mengembalikan uang yang mereka investasikan dalam produk manajemen keuangan.
"Perusahaan berutang lebih dari $1 juta kepada kami," ujar wanita itu sebelum petugas keamanan Evergrande menghentikan wawancara.