Logo BBC

Abdul Qadeer Khan, Bapak Bom Nuklir Pakistan dan Berbahaya Bagi Barat

Abdul Qadeer Khan ditempatkan dalam tahanan rumah sampai tahun 2009. BBC Indonesia
Abdul Qadeer Khan ditempatkan dalam tahanan rumah sampai tahun 2009. BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Pria yang dianggap sebagai "bapak bom nuklir Pakistan", Dr Abdul Qadeer Khan, meninggal dunia pada usia 85 tahun setelah dirawat di rumah sakit karena Covid-19.

Khan dipuji sebagai pahlawan nasional karena mengubah negaranya menjadi negara Islam pertama dengan kekuatan nuklir di dunia.

Tetapi ia juga terkenal karena perbuatan lancung menyelundupkan rahasia nuklir ke negara-negara termasuk Korea Utara dan Iran.

Perdana Menteri Imran Khan berkata Pakistan telah kehilangan "ikon nasional".

"Dia dicintai oleh bangsa kita karena kontribusinya yang sangat penting dalam menjadikan kita negara bersenjata nuklir," tulis sang PM di Twitter.

Dikenal sebagai AQ Khan, sang ilmuwan berperan penting dalam mendirikan pabrik pengayaan nuklir pertama Pakistan di Kahuta, dekat Islamabad. Pada tahun 1998, negara itu melakukan uji coba nuklir pertamanya.

Dilakukan tak lama setelah tes serupa oleh India, jasa Dr Khan membantu memastikan tempat Pakistan sebagai tenaga nuklir ketujuh di dunia dan menimbulkan kebanggaan nasional.

Namun ia ditangkap pada tahun 2004 karena secara ilegal berbagi teknologi nuklir dengan Iran, Libya dan Korea Utara.

Pengungkapan bahwa ia telah memberikan rahasia nuklir ke negara-negara lain mengejutkan Pakistan.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Dr Khan menyatakan "penyesalan terdalam dan permintaan maaf yang tidak pantas".

 

Terima pengampunan

 

Khan diampuni oleh presiden Pakistan saat itu, Pervez Musharraf, tetapi ia dijadikan tahanan rumah sampai 2009.

Keringanan hukumannya membuat marah banyak negara Barat, tempat ia dijuluki "proliferator nuklir terhebat sepanjang masa".

Mantan Direktur CIA, George Tenet, menggambarkan Khan "setidaknya sama berbahayanya dengan Osama bin Laden", gembong al-Qaeda yang menjadi dalang serangan teror di AS 11 September 2021.

Namun di Pakistan, ia tetap menjadi simbol kebanggaan atas jasanya bagi keamanan nasional.

"Ia membantu kami mengembangkan deteren nuklir yang menyelamatkan bangsa, dan bangsa yang bersyukur tidak akan pernah melupakan jasanya," kata Presiden Arif Alvi.