Sepupu Putra Mahkota Arab Saudi Ancam AS Dengan Seruan Jihad dan Syahid

Sepupu dari Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Saud al-Shaalan.
Sumber :
  • Twitter.

VIVA Dunia – Sepupu dari Putra Mahkota Arab SaudiMohammed bin Salman (MBS) telah mengeluarkan ancaman kekerasan terhadap Amerika Serikat (AS), di tengah hubungan yang memburuk atas keputusan OPEC+ untuk memangkas produksi minyak.

Laporan Intelijen AS: Israel Hanya Tumbangkan 35 Persen Anggota Hamas Selama Perang

Dalam sebuah pesan untuk AS, Saud al-Shaalan terlihat dalam video yang beredar di media sosial mengatakan, "siapa pun yang menantang keberadaan kerajaan ini, kita semua adalah proyek jihad dan syahid".

Melansir dari Middle East Eye, Selasa, 18 Oktober 2022, sang pangeran terdengar mengeluarkan peringatannya dalam bahasa Inggris dan Prancis. Saud al-Shaalan adalah pemimpin suku dan cucu Raja Abdulaziz, pendiri Arab Saudi, menurut advokat hak asasi manusia Saudi Abdullah Alaoudh.

Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Menggemparkan Amerika Serikat

Ladang minyak/Ilustrasi.

Photo :
  • CNBC

Pernyataannya itu datang ketika hubungan antara AS dan Arab Saudi telah mencapai titik rendah. Kenaikan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, mendorong Washington telah melobi anggota kartel minyak OPEC+, khususnya Arab Saudi, untuk meningkatkan produksi.

Pentagon Panas, Rusia Luncurkan Senjata Luar Angkasa di Jalur Satelit Amerika

Alaoudh, yang termasuk dalam kelompok Demokrasi di Dunia Arab Sekarang yang dibentuk oleh Khashoggi, mengatakan di Twitter bahwa video Saud al-Shaalan menunjukkan Mohammed bin Salman mengancam AS dengan jihad dan kemartiran.

Namun, pelobi Saudi Ali Shihabi mengatakan sang pangeran adalah bangsawan kecil tanpa peran resmi. "Ini adalah individu pribadi yang membuat pernyataan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan negara," cuitnya.

AS menuduh Arab Saudi membantu Rusia

Presiden AS, Joe Biden, melakukan perjalanan ke kerajaan pada bulan Juli, meskipun sebelumnya berjanji untuk mengubah Arab Saudi menjadi negara paria setelah pembunuhan Jamal Khashoggi pada 2018, dan pemerintahannya memberi tahu media bahwa mereka yakin Saudi akan meningkatkan produksi minyak.

VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat, Joe Biden

Photo :
  • politico.eu

Yang terjadi justru sebaliknya, Arab Saudi dan OPEC+ pada pekan lalu membuat keputusan untuk memangkas produksi minyak sebesar dua juta barel per hari, yang dapat menaikkan harga secara global. Washington telah bereaksi dengan marah, menuduh Arab Saudi membantu Rusia untuk meringankan tekanan sanksi yang dijatuhkan padanya atas perang Ukraina.

Gedung Putih mengatakan pada Rabu, 12 Oktober 2022, bahwa mereka ingin bekerja dengan Kongres untuk menilai kembali hubungan Washington dengan Riyadh. Anggota parlemen AS juga telah menawarkan sejumlah langkah, termasuk menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi dan membuka OPEC untuk litigasi di AS.

"Dalam beberapa pekan terakhir, Saudi menyampaikan kepada kami secara pribadi dan publik niat mereka untuk mengurangi produksi minyak, yang mereka tahu akan meningkatkan pendapatan Rusia, dan menumpulkan efektivitas sanksi," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, Kamis, 13 Oktober 2022.

Dia menambahkan bahwa anggota OPEC lainnya mengatakan kepada AS secara pribadi bahwa mereka tidak setuju dengan keputusan Riyadh, tetapi merasa dipaksa untuk mendukung arahan Saudi. Pernyataan Kirby muncul setelah siaran pers Saudi yang menantang, dan menyatakan penolakan total terhadap curahhan kecaman dari AS, dan menuduh pemerintahan Biden meminta Saudi untuk menunda pengurangan produksi sampai setelah pemilihan paruh waktu di Amerika Serikat.

VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat, Joe Biden

Biden Kecewa Irlandia, Spanyol, dan Norwegia Akui Negara Palestina secara Sepihak

Presiden AS Joe Biden bicara setelah Irlandia, Spanyol, dan Norwegia mengakui negara Palestina. Dia meyakinkan bahwa negara Palestina harus dicapai melalui negosiasi.

img_title
VIVA.co.id
23 Mei 2024