Hotel Taj Mahal Dibuka Lagi Sebelum Natal
VIVAnews - Setelah diledakan bom, kena terjangan timah peluru, dan terbakar api akibat serangan terorisme di Mumbai, India, Hotel Taj Mahal Palace and Tower, Mumbai akan kembali dibuka sebelum Natal. Tidak seluruh bangunan tentunya, manajemen hotel memutuskan akan membuka sebagian kamar untuk para tamu pada Minggu 21 Desember 2008 pukul 07.00 waktu setempat.
"Ini persembahan untuk Mumbai. Untuk mengembalikan keberanian, kegembiraan, dan martabat kota ini," kata CEO the Indian Hotels Company Limited, yang membawahi Hotel Taj Mahal, Raymond Bickson seperti VIVAnews kutip dari CNN.
Pembukaan kembali Taj Mahal, tidak menghilangkan perhormatan bagi para korban yang meninggal dunia dalam serangan teroris. "Dengan restu mereka, Hotel Taj Mahal akan kembali bersinar," tambah Bickson.
Salah seorang sumber di Taj Mahal, yang tak mau disebutkan namanya mengatakan hanya sekitar 200 kamar di bagian menara yang dibangun 1973, akan dibuka kembali. Sementara, di bangunan utama, istana, kemungkinan masih belum bisa digunakan sampai tahun depan.
"Terlalu banyak kerusakan di sayap istana karena dibakar teroris," kata sumber tersebut. Dengan kondisi karpet hangus terbakar disana-sini, noda di marmer dan di langit-langit, tak mungkin digunakan untuk menerima tamu. Untungnya, maha karya berupa konstruksi istana dari batu yang dibangun 105 tahun lalu, masih selamat.
Belajar dari peristiwa teror, Hotel Taj Mahal akan memberlakukan pengamanan super ketat.
Serangan teroris tiga hari membuat Mumbai praktis lumpuh dan mencekam. Lebih dari 160 orang menjadi korban, termasuk petugas hotel. Selain Hotel Taj Mahal, teroris juga menyerbu Hotel Oberoi, Mumbai.
Salah seorang petugas hotel mengatakan, tetamu harus merogoh kocek antara US$ 250 sampai US$ 373 untuk menginap pada Minggu, 21 Desember 2008.
Selain menikmati kemewahan hotel yang bernuansa arabian, tamu juga bisa merasakan sensasi pasca teror. Anda berminat?
Gunung Ruang Meletus Lagi, 2 Bandara Tutup Sementara dan Puluhan Pesawat Batal Terbang
Otoritas yang menaungi dua bandara tersebut tak mau ambil risiko sehingga meniadakan penerbangan selama kondisi Gunung Ruang erupsi.
