Ulah Hacker China Bikin Negara Adidaya Cemas, Indonesia Diimbau Waspada

Hacker.
Sumber :
  • New York Post

Kanada – Pusat Keamanan Siber Kanada bersama aliansi intelijenFive Eyes’, saat ini tengah berfokus dengan ancaman siber, yang diduga kuat disponsori oleh negara-negara yang berafiliasi dengan China

Mobil Listrik Wuling Laku Keras di PEVS 2024

‘Five Eyes’ yang dimotori oleh para ahli dari badan intelijen Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru ini, telah memberikan peringatan ke publik mengenai pentingnya peningkatan kewaspadaan Kanada dalam menjaga keamanan sibernya. 

Pakar keamanan dunia maya internasional menekankan perlunya publik dan organisasi terkait untuk menanggapi ini dengan serius, mengingat ancaman siber yang diduga kuat disponsori China, Rusia, Iran, dan Korea Utara ini, tidak hanya menargetkan Kanada, namun juga negara-negara lain di dunia. 

GAC Aion Pakai Teknologi Canggih Untuk Baterai Mobil Listrik Produksinya

Merespons hal tersebut, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) mengingatkan negara-negara dunia termasuk Indonesia, untuk mewaspadai ancaman serangan siber ini. 

Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa mencontohkan kelompok hacker bernama Volt Typhoon yang berafiliasi dengan China, merupakan salah satu ancaman siber yang nyata bagi negara-negara lain. 

Rudal Houthi Berterbangan di Laut Merah, Kapal Induk AS Pasang Badan

“Dari berbagai informasi di media massa menyebutkan hampir semua pemerintah dan ahli siber mulai cemas dengan barisan hacker tersebut,” kata AB Solissa kepada wartawan, Jum’at, 9 Juni 2023. 

“Tidak hanya melakukan aksi pengumpulan data ilegal, kelompok ini juga diduga kuat menjalankan kegiatan sabotase,” tambahnya. 

Ilustrasi

Photo :
  • 654436

Siluet Perunggu

Kecemasan ini juga yang membuat pemerintah AS merespons dengan tulisan di blog Microsoft soal Volt Typhoon.  Microsoft menyatakan Volt Typhoon tengah mengkaji pengembangan kapabilitas untuk mengganggu infrastruktur komunikasi penting antara Amerika Serikat dan Asia dalam waktu krisis. 

Menurut ahli dari Dell Technologies, Marc Burnard, Volt Typhoon saat ini lebih berfokus dalam aksi pencurian informasi dari organisasi yang menyimpan data terkait militer dan pemerintah Amerika Serikat. 

“Burnard memang saat ini menempatkan Volt Typhoon di kategori ‘siluet perunggu’, yaitu kelompok yang di posisikan untuk melaksanakan gangguan, tetapi pada umumnya melakukan aksi spionase,” tuturnya. 

Sementara Cisco Systems mencurigai Volt Typhoon tengah bersiap untuk melakukan sesuatu yang lebih berbahaya lagi. 

Hacker yang diduga kuat dikendalikan Beijjng, yang berhadapan dengan Cisco, tampaknya memburu dokumen cara kerja sebuah fasilitas dan menargetkan infrastruktur krusial yang menjadi target jika terjadi konflik. 

“Diberbagai media, menyebutkan jika Microsoft dan peneliti siber lain menyatakan Volt Typhoon beraksi secara senyap dan menyembunyikan trafik internet mereka melalui perangkat jaringan yang diretas, misalnya router internet rumahan,” ungkapnya. 

Operasi Volt Typhoon dicirikan oleh teknik yang disebut sebagai "living off the land," yang melibatkan eksploitasi alat jaringan yang ada dan kredensial yang valid untuk menghindari deteksi.  Pendekatan ini berbeda dari serangan malware tradisional, yang menghasilkan file baru pada sistem yang ditargetkan.  

China Membantah

China, sudah berulang kali membantah melakukan aksi peretasan, namun peneliti siber di seluruh dunia mencatat berbagai aksi hacking Beijing telah terdokumentasi dengan baik selama 20 tahun terakhir. 

Dalam satu dekade terakhir, peneliti dari negara barat menyatakan kekhawatiran mereka karena telah ditemukan kaitan antara hacker dengan unit tertentu di tentara China. 

Ancaman ini terutama diarahkan pada sistem infrastruktur kritis. Keterkaitan ekonomi Barat berarti bahwa serangan terhadap infrastruktur satu negara dapat menimbulkan dampak yang parah bagi negara lain.  

Sementara itu, Pusat Siber Kanada belum menerima laporan tentang aktor negara tertentu yang menargetkan Kanada, sifat infrastruktur digital yang saling berhubungan menyiratkan bahwa serangan terhadap satu negara berpotensi berdampak pada infrastruktur negara lain.  

“Kesimpulannya, penasehat publik yang dikeluarkan oleh Canadian Center for Cyber ??Security bekerja sama dengan aliansi intelijen Five Eyes untuk menyoroti tingkat keparahan ancaman dunia maya, yang berasal dari hacker yang disponsori negara yang terkait dengan China." 

“Ini harus dan patut diwaspadai bersama oleh negara-negara dunia khususnya Indonesia. Bisa jadi perang siber dunia akan terjadi jika hacker yang katanya dari China ini dibiarkan,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya