Warga Korsel Tak Percaya Penjelasan Jepang, Panic Buying Garam Berlanjut

Warga Korsel menggelar demo pelepasan limbah air radioaktif ke laut oleh Jepang
Sumber :
  • AP Photo/Lee Jin-man

Korea Selatan – Warga Korea Selatan dilanda panic buying dan mulai menimbun garam laut serta barang-barang lainnya dalam jumlah berlebihan, ketika Jepang bersiap membuang air olahan radioaktif dari pembangkit listrik Fukushima ke laut, dilansir Telegraph, Kamis, 6 Juli 2023.

Penyewaan Kendaraan Listrik Laris Manis, Total Aset TBS Energi Utama 2023 Naik 5,4 Persen

Jepang akan melepaskan lebih dari 1 juta metrik ton air ke Pasifik yang digunakan untuk mendinginkan reaktor yang rusak di pembangkit listrik di utara Tokyo, setelah dilanda gempa bumi dan tsunami pada 2011.

Tokyo telah berulang kali meyakinkan bahwa air olahan radioaktif itu aman dan telah disaring untuk menghilangkan sebagian besar isotop meskipun mengandung jejak tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.

Viral, STY Salami dan Peluk Seluruh Pemain Korsel usai Digilas Timnas Indonesia

Meskipun Jepang belum menetapkan tanggal rilisnya, pengumuman tersebut telah membuat para nelayan dan perajin garam di seluruh wilayah Korea khawatir.

Warga Korsel kehabisan stok garam di supermarket karena panic buying garam

Photo :
  • CGTN
Anak Shin Tae-yong: Meskipun Warga Korsel, Saya Dukung Timnas Indonesia

Otoritas perikanan Korea Selatan telah berjanji untuk meningkatkan upaya memantau tambak garam alami, untuk setiap peningkatan zat radioaktif dan mempertahankan larangan makanan laut dari perairan dekat Fukushima.

"Saya baru saja membeli lima kilogram garam," kata Lee Young-min, ibu dua anak berusia 38 tahun, menambahkan bahwa dia belum pernah membeli garam sebanyak itu sebelumnya.

"Sebagai seorang ibu membesarkan dua anak, saya tidak bisa hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa. Saya ingin memberi mereka makan dengan aman," katanya kepada Reuters.

Panic buying telah menyebabkan kenaikan harga garam di Korea Selatan sebesar 27 persen pada Juni 2023, sejak dua bulan lalu, meskipun para pejabat mengatakan cuaca dan produksi yang lebih rendah juga menjadi penyebabnya.

Merespons hal itu, pemerintah Korea telah memutuskan untuk melepaskan sekitar 50 metrik ton garam per hari dari stok, dengan diskon 20 persen dari harga pasar, hingga 11 Juli.

Warga Korsel panic buying garam di supermarket imbas Jepang

Photo :
  • EPA

"Saya khawatir pelepasan air limbah tidak hanya mencemari (laut) dan menyebabkan masalah kesehatan, tetapi juga menaikkan harga garam dan makanan laut," kata Park Young-sil, seorang wanita berusia 67 tahun saat berbelanja di pasar tradisional di Seoul.

Lebih dari 85 persen publik Korea Selatan menentang rencana Jepang membuang air olahan radioaktif dari pembangkit listrik Fukushima ke laut, menurut sebuah survei bulan lalu oleh lembaga survei Research View. 

Tujuh dari 10 orang dilaporkan mengatakan bahwa mereka akan mengkonsumsi lebih sedikit makanan laut jika pembuangan air limbah dilanjutkan.

Hyun Yong-gil, seorang pemilik toko grosir garam di ibu kota, mengatakan kepada Reuters awal bulan ini bahwa penjualan meningkat "40 hingga 50 persen" meskipun harga melonjak.

"Akhir-akhir ini kami mendapatkan lebih banyak pelanggan dari biasanya dan banyak dari mereka tampaknya khawatir dengan rencana pelepasan air limbah ke laut," katanya.

Warga Korsel demo pelepasan limbah air radioaktif ke laut oleh Jepang

Photo :
  • AP Photo/Lee Jin-man

Tapi di beberapa retail garam kemasan dengan cepat menghilang dari rak pasar.

"Saya datang untuk membeli garam tapi tidak ada yang tersisa," kata Kim Myung-ok, 73 tahun. "Terakhir kali aku datang juga tidak ada."

China telah mengutuk langkah Jepang untuk melepaskan air limbah, bahkan menuduh Jepang kurang transparan dan mengatakan itu merupakan ancaman bagi lingkungan laut dan kesehatan orang-orang di seluruh dunia.

Jepang mengatakan telah memberikan penjelasan rinci dan didukung sains tentang rencananya kepada tetangganya.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan pekan lalu Jepang melihat peningkatan pemahaman tentang masalah ini, meskipun tidak begitu terlihat di toko-toko Seoul minggu ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya