Jeritan Pilu Warga Palestina Ratapi Rumah dan Keluarganya Hancur: Adakah Tempat Yang Aman?

Arsip - Dalam foto yang diambil pada 11 Mei 2021 ini, terlihat asap hitam mengepul ke langit akibat ledakan yang disebabkan serentetan serangan israel di Kota Younis di Jalur Gaza bagian selatan.
Sumber :
  • ANTARA/Yasser Qudih

Gaza – Seorang penghuni blok apartemen di Rimal, Palestina harus meratapi tempat tinggalnya yang hancur akibat serangan udara Israel. Dia bertanya di mana lagi dirinya harus berlindung dan mencari tempat aman di Palestina.

Top Trending : Pengalaman Tinggal Dekat Landasan Udara hingga Anak Kiai Sering Open BO Waria

"Ke mana kita pergi? Apakah masih ada tempat aman, yang tersisa di lingkungan yang begitu sepi dan indah ini?," tanyanya.

Dia menjelaskan bahwa dirinya baru saja menghabiskan tujuh jam tersulit dalam hidupnya di dalam sana, ketika pesawat-pesawat tempur Israel melancarkan gelombang serangan udara sebagai tindakan pembalasan atas serangan oleh kelompok militan Palestina Hamas terhadap Israel selatan, pada Sabtu, 7 Oktober 2023.

Protes Meluas di Universitas Spanyol, Mahasiswa Minta Putus Hubungan dengan Israel

Konflik Israel-Palestina

Photo :
  • (AP Photo/Yousef Masoud)

Serangan Israel juga menyebabkan kerusakan signifikan pada puluhan bangunan tempat tinggal, kantor perusahaan telekomunikasi, dan gedung fakultas Universitas Islam Gaza.

Terima Ancaman, Badan Bantuan PBB untuk Palestina Tutup Kantornya di Yerusalem Timur

Ledakan dahsyat mengguncang kawasan itu sepanjang Senin malam, 9 Oktober 2023. Anak-anak menjerit dan tak seorang pun bisa tidur sejenak.

Itu adalah malam yang tidak akan dilupakan oleh penduduk Rimal, lingkungan terkaya di Kota Gaza dan biasanya paling tenang.

Saat fajar menyingsing, pada Selasa, 10 Oktober 2023, intensitas serangan menurun dan masyarakat mengetahui tingkat kerusakan yang terjadi. Infrastruktur di wilayah barat daya tersebut rusak parah dan sebagian besar jalan menuju ke sana terputus.

"Saat saya berkendara, rasanya seperti ada gempa bumi. Ada puing-puing, pecahan kaca, dan kabel putus di mana-mana. Saking parahnya, saya tidak mengenali beberapa bangunan yang saya lewati," ujarnya, dikutip dari BBC Internasional, Rabu, 11 Oktober 2023.

"Saya kehilangan segalanya. Apartemen saya, tempat tinggal, kelima anak saya, ada di sini, di gedung ini. Toko kelontong saya di bawah gedung hancur," kata Mohammed Abu al-Kass sambil menggendong putrinya Shahd di jalan.

"Ke mana kami pergi? Kami menjadi tunawisma. Tidak ada lagi tempat berlindung atau pekerjaan bagi kami."

Dia juga menuduh militer Israel berbohong ketika mengatakan mereka tidak menargetkan warga sipil.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan sekitar 300 orang, dua pertiganya adalah warga sipil, tewas dalam serangan Israel di Gaza pada Senin. Itu adalah hari paling mematikan di sana selama bertahun-tahun.

Setidaknya 15 orang tewas di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk, timur laut Kota Gaza, pada sore hari.

Militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan rumah seorang komandan Hamas. Namun, banyak orang yang berada di pasar terdekat tewas.

Jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza sejak Sabtu kini mencapai 900 orang, termasuk 260 anak-anak, menurut kementerian kesehatan. Sementara 4.500 orang lainnya terluka.

Krisis kemanusiaan yang sudah parah di wilayah kecil dan padat penduduk ini juga semakin parah.

Sebanyak 2,2 juta penduduknya kehabisan makanan, bahan bakar, listrik dan air, setelah pemerintah Israel memerintahkan blokade total dan memutus semua pasokan Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas.

Serangan tak terduga Hamas telah menewaskan 1.000 orang di pihak Israel, dan antara 100 hingga 150 warga Israel telah disandera melintasi perbatasan ke Gaza oleh para militan.

Serangan roket Israel di Gaza.

Photo :
  • AP Photo/Hatem Moussa.

“Dapatkah Anda bayangkan kita hidup tanpa listrik atau air di abad ke-21? Bayi saya kehabisan popok dan hanya tersisa setengah botol susu,” kata Waad al-Mughrabi sambil memandangi bangunan yang hancur di sebelah rumahnya di Rimal.

“Apakah anakku yang menyerang Israel?," tambahnya.

Di luar supermarket terbesar di Gaza, yang dibuka pertama kali sejak Sabtu, puluhan orang mengantri di depan pintu belakang kecil.

Mereka berharap untuk membeli perbekalan apa pun yang mereka bisa, karena takut pertempuran akan berlangsung lama.

Sebagian besar sayur-sayuran dan buah-buahan segar di Gaza ditanam di bagian selatan wilayah tersebut, dan kekurangan bahan bakar yang parah menyebabkan transportasi ke wilayah utara juga akan menjadi semakin sulit.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya