Perayaan Natal di Betlehem Dibatalkan Imbas Perang Israel Vs Hamas

Gereja St Catherine di Kota Bethlehem, dekat tempat kelahiran Yesus
Sumber :
  • Palestine.ru

Bethlehem – Industri pariwisata di Kota Tua Bethlehem, Palestina, mendadak terhenti imbas perang Israel Vs Hamas yang berkecamuk sejak 7 Oktober 2023 lalu. Warga yang menggantungkan kehidupannya dari kunjungan wisatawan harus menelan pil pahit akibat perang Israel-Hamas di jalur Gaza.

Menteri Kontroversial Israel Kecelakaan, Mobilnya Terbalik Usai Terobos Lampu Merah

Seperti yang dialami Ata Mohsen Serhan. Selama 60 tahun, wisma Star Street Inn di Bethlehem sangat penting bagi penghidupan Ata Mohsen Serhan dan keluarganya.

“Rumah tua ini, saya mendapatkannya dari ayah saya. Anda bisa melihat pemandangan bagus dari sini,” katanya dari teras bisnisnya, yang menghadap ke lingkungan sekitar.

Mengenal Tradisi Hantaran di Indonesia, Simbol Rasa Syukur dan Kasih Sayang

armenia museum yerusalem

Photo :
  • mediamax.am

Pendapatan dari tamu yang menginap di penginapan tersebut digunakan untuk membantu menafkahi ketiga putri dan putranya.

Baba Vanga Ramal Perang Dunia III Akan Terjadi, Gegara Konflik Iran-Israel?

Namun, penginapan yang terletak di sepanjang salah satu jalan komersial tertua di kota kuno itu telah ditutup sejak perang antara Israel dan Hamas dimulai bulan lalu.

“Saya mendapat uang dari wisma ini untuk keluarga saya, makanan dan keperluan lainnya,” ucapnya, dikutip dari Channel News Asia, Senin, 20 November 2023.

“Ini bukan kehidupan yang baik dengan perang ini.”

Ketika konflik terus berlanjut, Serhan mengatakan dia sekarang mempertimbangkan untuk meninggalkan industri pariwisata dan mencari pekerjaan baru di bidang teknik. 

Perayaan Natal Dibatalkan 

Kota suci Betlehem diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus. Tempat ini menarik lebih dari satu juta wisatawan setiap tahunnya, khususnya selama periode menjelang Natal.

Namun, acara telah dibatalkan tahun ini karena perang. Upacara keagamaan dan doa akan tetap dilaksanakan, namun tidak ada lampu atau perayaan yang meriah.

Pemerintah setempat pekan lalu mengumumkan bahwa mereka telah membongkar pohon Natal dan dekorasi yang dipasang beberapa tahun lalu, termasuk di Manager Square di jantung kota, tempat beberapa perayaan terbesar biasanya berlangsung.

Sejak konflik, wisatawan telah meninggalkan kota tersebut, dan pembatasan yang ketat telah membuat bisnis di wilayah tersebut terhenti.

Dengan kurang dari dua bulan menjelang Natal, deretan toko kini tutup di sepanjang jalan yang sepi dan kosong.

Mereka yang tetap buka mengatakan mereka kesulitan untuk tetap bertahan karena kurangnya pengunjung.

Khalil Salahat, pemilik toko suvenir Old Cave, mengatakan perusahaan-perusahaan yang sangat bergantung pada pariwisata seperti miliknya, memperoleh sebagian besar pendapatan mereka selama periode perayaan ini.

“Sekarang kita berada di bulan November, waktu musim sebelum Natal. Semua orang Kristen yang baik, mereka datang pada saat ini ke Betlehem. Kami menunggu sepanjang tahun untuk dua bulan ini,” tuturnya.

“Tapi sekarang kami tidak punya turis.  Nol. Kami tidak punya siapa-siapa di sini.  Hal ini telah merugikan bisnis dan kehidupan kita.”

Pemandu wisata Palestina juga mengatakan industri mereka mengalami kesulitan sejak pendudukan Israel di Tepi Barat pada tahun 1967, namun perang saat ini memperburuk perjuangan mereka. 

Yerusalem, Israel

Photo :
  • pixabay

Dampak Ekonomi

Pada tanggal 7 Oktober, militan Hamas melancarkan serangan mendadak lintas batas terhadap Israel, dan menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera sekitar 240 lainnya.

Sejak itu, Israel membalas dengan serangan ke Jalur Gaza, dengan tujuan untuk memusnahkan kelompok militan tersebut. Pemerintahan Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 13.000 warga Palestina telah terbunuh.

Di Tepi Barat, pasukan Israel juga melakukan serangan terhadap militan.

Konflik ini sangat berdampak pada perekonomian Palestina, dan PBB memperingatkan bahwa konflik dapat membuat Gaza dan Tepi Barat mundur lebih dari satu dekade.

Laporan Program Pembangunan PBB yang menilai dampak ekonomi dari perang menunjukkan produk domestik bruto (PDB) wilayah tersebut menderita 4,2 persen pada bulan pertama konflik.

Laporan tersebut memproyeksikan perekonomian Palestina akan turun 8,4 persen dan kerugian sebesar US$1,7 miliar atau setara dengan Rp26,2 triliun pada bulan depan, sehingga menyebabkan hampir setengah juta orang jatuh ke dalam kemiskinan.

Sekitar 390.000 warga Palestina telah kehilangan pekerjaan sejak perang dimulai, menurut badan PBB, Organisasi Buruh Internasional.

Hal ini termasuk orang-orang dari Gaza yang bekerja di industri konstruksi di Israel, yang izin kerjanya dibatalkan setelah serangan Hamas.

"Tidak ada lagi masa depan yang bisa dinantikan. Bagi kami, masa depan telah berakhir karena perang,” kata warga Gaza Hazem Abu Mghanam kepada CNA.

Di Tepi Barat, beberapa orang merasa sulit untuk pergi bekerja karena pembatasan pergerakan, penutupan jalan, dan pos pemeriksaan tambahan yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari masyarakat.

PBB memperingatkan bahwa kehancuran ekonomi akan semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat buruk dan membuat prospek pemulihan menjadi sulit dan lambat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya