Sistem Kesehatan di Gaza Kolaps, Kementerian Palestina Kesulitan Hitung Korban Tewas

Mayat Tanpa Identitas di Gaza
Sumber :
  • Al Jazeera

Gaza – Pejabat kesehatan Palestina di Gaza mengatakan pada Selasa, 21 November 2023 mengatakan bahwa mereka kesulitan menghitung jumlah korban tewas, karena runtuhnya sistem kesehatan di wilayah tersebut, dan sulitnya mengambil jenazah dari daerah yang dikuasai tank dan pasukan Israel.

9 Negara Ini Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Salah Satunya Tetangga RI

Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, telah melacak korban jiwa selama perang lima minggu, dan menyatakan bahwa jumlah korban tewas terbaru sebanyak 11.078 orang pada 10 November.

Kantor kemanusiaan PBB, yang mengutip jumlah korban tewas Kementerian Kesehatan dalam laporan rutinnya, masih mengacu pada 11.078 sebagai jumlah korban tewas terakhir yang terverifikasi akibat perang.

RI Gagas Pemberian Hak Istimewa Palestina di Sidang PBB, Selangkah Lagi Anggota Penuh

Mayat Tanpa Identitas di Gaza

Photo :
  • Al Jazeera

Tantangan dalam memverifikasi jumlah korban tewas semakin meningkat seiring dengan semakin intensifnya invasi darat Israel, dan memutus layanan telepon dan internet serta menimbulkan kekacauan di seluruh wilayah.

Majelis Umum PBB Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh, 9 Negara Menolak Termasuk AS

“Sayangnya, Kementerian Kesehatan belum bisa mengeluarkan statistiknya karena ada gangguan komunikasi antar rumah sakit dan gangguan pada internet,” kata juru bicara kementerian Ashraf al-Qidra.

"Basis data elektronik yang digunakan otoritas kesehatan untuk mengumpulkan korban dari rumah sakit tidak lagi mampu menghitung nama dan menghitung statistiknya,” tambahnya, dikutip dari AP, Kamis, 23 November 2023.

Al-Qidra melanjutkan bahwa pihaknya sedang mencoba memulai kembali program dan melanjutkan komunikasi dengan rumah sakit.

Para petugas medis juga mengatakan pada saat ini terlalu berbahaya untuk menemukan banyak sekali mayat di Kota Gaza, karena buldoser Israel memblokir jalan-jalan, dan tank-tank menembaki apa pun yang menghalangi mereka.

Para pejabat di Kementerian Kesehatan, yang telah lama dipandang sebagai sumber lokal yang paling dapat diandalkan mengenai jumlah korban, mengatakan mereka yakin jumlah korban tewas telah melonjak tajam dalam seminggu terakhir berdasarkan perkiraan dokter setelah serangan udara di lingkungan padat penduduk dan laporan dari keluarga tentang hilangnya orang-orang terkasih.

Pasien kanker di Gaza

Photo :

Namun, mereka mengatakan hampir mustahil untuk mengetahui jumlah korban secara pasti.

"Tidak ada yang punya angka pastinya,” kata pejabat Kementerian Kesehatan Mehdat Abbas.

"Orang-orang dibuang ke jalanan. Mereka berada di bawah reruntuhan. Siapa yang dapat menghitung jumlah korban jiwa dan mengumumkan jumlah korban jiwa dalam konferensi pers?."

Kementerian Tepi Barat di Ramallah memberikan jumlah korban yang serupa dengan kementerian di Gaza selama lima minggu pertama perang.

Namun setelah kementerian Gaza berhenti menghitung, otoritas kesehatan di Ramallah terus mengeluarkan laporan rutin mengenai jumlah korban tewas, yang terbaru 13.300, tanpa membahas metodologinya.

Badan-badan PBB mengatakan mereka tidak dapat memverifikasi jumlah korban tewas dari data kementerian di Tepi Barat.

Kementerian Kesehatan di Tepi Barat berhenti memberikan penghitungannya sendiri pada hari Selasa tanpa memberikan alasan.

Pihak berwenang di Gaza mengatakan mereka tidak dapat menjelaskan bagaimana Kementerian Kesehatan Tepi Barat menghitung jumlah korban jiwa.

Al-Qidra menggambarkan angka-angka yang dikeluarkan oleh kementerian yang berbasis di Ramallah sebagai statistik pribadi, yang tidak ada hubungannya dengan kementerian Gaza.

“Jika seseorang duduk di kantor ber-AC, dia bisa mengatakan apa pun yang diinginkannya,” kata Abbas.

"Tetapi jika anda datang ke lapangan di sini, tidak ada yang bisa bekerja di antara tank untuk menghitung berapa banyak orang yang terbunuh.”

Pekan lalu, Kementerian Kesehatan di Gaza mengosongkan kantor pusatnya di Rumah Sakit Al Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, ketika pasukan Israel mengepung dan menggerebek fasilitas tersebut, karena dituduh digunakan Hamas untuk melakukan operasi militan.

Karyawan yang bertanggung jawab menghitung korban tewas, yang tersebar di seluruh Jalur Gaza selatan mengaku kesulitan untuk berkoordinasi satu sama lain karena seringnya komunikasi terputus.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya