Wawancara Diplomat Suriah

Barat Gunakan Media Hancurkan Suriah

Bassam Alkhatib
Sumber :
  • VIVAnews/ Denny Armandhanu

VIVAnews - Pemerintah Suriah membantah semua tuduhan kekerasan yang mereka lakukan terhadap para demonstran yang menuntut rezim presiden berkuasa mundur. Semua pemberitaan tentang hal ini tidak benar, digubah oleh kekuatan Barat yang memiliki agenda tersembunyi di negara tersebut.

Saksi Sebut SYL Palak Pejabat saat Kunjungan ke Brazil Hingga Amerika Serikat

Hal ini disampaikan oleh Kepala Misi Diplomatik Suriah untuk Indonesia, Bassam Alkhatib, dalam wawancara khusus dengan VIVAnews, Kamis, 9 Juni 2011. Alkhatib mengatakan bahwa demonstrasi sejak awal berlangsung damai, namun media asing memberitakan adanya kekerasan oleh tentara pemerintah.

"Sejak awal demonstrasi, pemerintah bereaksi dengan damai. Tapi tiba-tiba kami dengar berita kekerasan. Sejak awal, ada upaya untuk menyesatkan publik dengan pemberitaan-pemberitaan tidak benar ini," ujarnya.

Kick Off PPDB Jabar 2024, Bey Machmudin: Tak Ada "Titip Titipan"

Alkhatib juga mengatakan bahwa demonstrasi telah disusupi oleh orang-orang yang menginginkan kehancuran rezim Presiden Bashar al-Assad. Salah satu ulah mereka adalah penyerbuan ke kota perbatasan  Jisr Al-Shugur, Senin lalu, yang menewaskan 120 orang polisi.

Ulah mereka, imbuhnya, lalu diputarbalikkan oleh pemberitaan media asing. Alkhatib mengatakan bahwa media-media ini tengah menggiring opini publik demi kehancuran Suriah.

Baru Tiba di Paris, Alfeandra Dewangga Geber Persiapan Jinakkan Guinea

"Merekalah yang membuat alur, ini permainan mereka," ujar Alkhatib.

"Mereka melakukan apa yang bisa mereka lakukan demi kepentingan Amerika Serikat dan Israel," tambahnya lagi.

Alkhatib mengatakan Suriah menjadi incaran dua negara bersekutu itu lantaran Suriah mempunyai posisi politik yang penting bagi perdamaian di Timur Tengah. Suriah, ujarnya,  menuntut dikembalikannya tanah mereka yang diambil oleh Israel, sebelum dilakukan perundingan damai. Namun tuntutan ini ditolak Israel. 

"Mereka mempunyai kendali atas media massa. Pesan mereka adalah, 'Jika tidak mengikuti kami, maka kalian melawan kami,'" ujar Alkhatib.

Sasaran Berikut

Alkhatib mengatakan penggiringan opini publik oleh media Barat akan mengarah ke berbagai negara, Indonesia kemungkinan akan menjadi salah satunya. Hal ini, ujarnya, telah dinyatakan oleh Samuel Huntington, dalam bukunya "Clash of Civilizations".

"Huntington mengatakan perang antara Barat dan Islam akan dimulai dari Maroko sampai Indonesia," ujar Alkhatib.

Pulau Papua, tambahnya, mungkin akan menjadi sasaran pemberitaan media miring berikutnya, setelah Timor Leste yang telah berpisah dari negara ini.

Anggapan ini didasarkan banyaknya pemberitaan pelanggaran HAM oleh tentara Indonesia, ditambah dengan maraknya separatisme. "Suatu saat, Papua mungkin akan diincar," ujar Alkhatib.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya