Sumber :
- Reuters/Jessica Rinaldi
VIVAnews -
Departemen Kepolisian New York (NYPD) telah berhenti memata-matai Muslim di kota tersebut. Unit intelijen untuk memata-matai umat Islam yang dilakukan sejak peristiwa 9/11 kini menganggur.
Diberitakan
The New York Times
, Selasa 15 April 2014, skuad mata-mata umat Islam atau dikenal dengan Unit Demografi yang kemudian diubah namanya menjadi Unit Zona Penilaian mulai terbengkalai sejak William J Baton menjabat sebagai komisaris NYPD Januari lalu. Para detektif di unit ini akan dipindahtugaskan ke unit lain.
Baca Juga :
Terpopuler: 6 Pemain Bidikan Inter Milan, Pengakuan Pelatih Korsel Usai Dihajar Indonesia
Biasanya polisi yang menyamar akan mengorek informasi dari karyawan yang bekerja di perusahaan milik seorang Muslim. Selain itu, polisi di unit ini diberi pemahaman bahwa setiap tempat di masjid bisa jadi "sarang teroris".
Itulah sebabnya, masjid jadi sasaran utama mereka. Para detektif mencatat plat nomor pengunjung masjid, mencatat nama para jemaah dan merekam khutbah dengan alat perekam tersembunyi.
Dengan pemetaan dan foto, polisi bisa tahu persis kegiatan umat Muslim New York, seperti di mana warga Albania biasa main catur, warga Mesir biasa menonton bola atau warga Asia Selatan biasa main kriket.
Setelah bertahun-tahun mengumpulkan informasi, ternyata praktik ini tidak berguna. Aksi intelijen terhadap umat Muslim New York ternyata tidak memberikan informasi apapun tentang aksi terorisme di masa mendatang. Terbukti tidak ada umat Muslim di New York yang teroris.
Selain itu, unit ini juga menuai kecaman dari umat Muslim. Setidaknya tiga gugatan telah diajukan untuk NYPD. Bulan lalu, salah satu gugatan ditolak hakim karena unit ini tidak terbukti melukai umat Muslim. Namun dua gugatan lagi masih terus digodok.
"Unit Demografi menciptakan beban psikologis di komunitas kami. Dokumen mereka menunjukkan di mana kami tinggal, cafe tempat kami makan, tempat kami beribadah, tempat saya belanja. Mereka bisa melihat semuanya dalam dokumen. Dan ini merusak komunitas secara psikologis," kata Linda Sarsour dari Asosiasi Arab Amerika New York. (umi)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Biasanya polisi yang menyamar akan mengorek informasi dari karyawan yang bekerja di perusahaan milik seorang Muslim. Selain itu, polisi di unit ini diberi pemahaman bahwa setiap tempat di masjid bisa jadi "sarang teroris".