Pemrotes di Hong Kong Terus Berkurang

Pegawai pemerintah Hong Kong mulai kembali bekerja, Senin, 6 Oktober.
Sumber :
  • REUTERS/Carlos Barria

VIVAnews - Jumlah pemrotes tampak terus berkurang setelah pemerintah Hong Kong menetapkan batas waktu bagi para pengunjuk rasa untuk membubarkan diri, Senin, 6 Oktober.

Badai Nida Hantam Hong Kong dengan Kecepatan 100 Km/Jam

Wartawan BBC, John Sudworth, menyebut banyak pemrotes kini merasa babak akhir telah dimulai. Kekhawatiran meningkat akan terjadinya bentrok yang membuat polisi kembali menggunakan gas air mata, bahkan peluru karet.

Sebagian pemrotes berpikir kini saatnya merubah aksi protes jalanan menjadi dialog. Sebelumnya pemimpin protes mengatakan setuju pada tawaran pemerintah untuk dialog, jika aksi protes tidak dibubarkan secara paksa.

Kota-kota Tujuan Wisata Terpopuler 2015, RI Urutan Berapa ?

Mereka juga setuju untuk membuka akses masuk ke gedung pemerintah. Tapi diskusi tentang dialog formal mengalami kebuntuan karena kedua pihak gagak menyepakati prinsip dasar pembicaraan.

Kepala Eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying telah menyerukan agar pemrotes membubarkan diri, memperingatkan bahwa polisi akan melakukan tindakan apapun yang dibutuhkan untuk mengembalikan ketertiban sosial.

Ini Kota Termahal di Asia

BBC menyebut keterangan dari para koresponden menyebutkan banyak pemrotes tidak memiliki keberanian, menghadapi kemungkinan tindak kekerasan oleh polisi. Minggu, 5 Oktober, pemimpin protes telah meminta pengunjuk rasa untuk berkumpul di satu titik untuk mengantisipasi usaha polisi membubarkan mereka.

Bentrok terjadi antara pemrotes dengan massa tandingan yang pro-Beijing, pada Jumat, 3 Oktober, di distrik komersial Mong Kok. Terus mendapat tekanan dari massa anti-protes, pemimpin pelajar mengumumkan di televisi bahwa demonstran akan meninggalkan area protes.

Namun setelah para pelajar meninggalkan lokasi, anggota dari kelompok pro-demokrasi lebih radikal dari Civic Passion tiba dan kembali melakukan aksi duduk di jalan. Hingga Senin pagi, mereka masih bertahan di Mong Kok menuntut reformasi demokratis.

"Untuk mengembalikan ketertiban umum, kami bertekad dan yakin, kami memiliki kapabilitas untuk mengambil tindakan apapun yang dibutuhkan," kata polisi Hong Kong, Steve Hui. Pemimpin pelajar Lester Shum, dikabarkan telah melakukan pertemuan dengan pejabat Hong Kong untuk membahas kerangka dialog.

Namun tampaknya upaya dialog terus mengalami kebuntuan. Sebelumnya dialog dijadwalkan pada Sabtu, 4 Oktober, tapi batal karena insiden penyerbuan yang dilakukan massa tandingan pro-beijing.

"Kami ingin semua orang untuk pergi karena tidak mau melihat ada konflik berdarah. Kami akan datang lagi jika pemerintah tidak merespon (dengan dialog)," kata Tang Sin-tung, pemimpin protes pelajar berusia 16 tahun.

Sebagian pemrotes dilaporkan meninggalkan lokasi, sementara yang bertahan berusaha menyemangati pemrotes untuk tidak mundur. "Mong Kok, Mong Kok, jangan pernah mundur," teriak ratusan pemrotes yang bertahan.

Ditahan Polisi

Dilansir dari Reuters, ratusan pemrotes baru juga berdatangan ke lokasi. "Kami khawatir akan ada pembubaran oleh polisi, jadi kami datang ke sini untuk mendukung. Semakin banyak orang akan semakin sulit polisi untuk membubarkan," kata Lester Leung.

"Kami telah disemprot dengan merica, dilempar gas air mata. Kami telah melihat triad, kini kami tidak takut pada apapun," kata Kit Lee, seorang pemrotes yang masih bertahan di Mong Kok, salah satu wilayah dengan populasi terpadat di bumi.

Setelah bentrok antara pemrotes dan massa tandingan, 19 orang dilaporkan ditahan oleh polisi dan delapan diantaranya adalah anggota Triad. Memunculkan dugaan adanya keterlibatan organisasi kriminal bawah tanah Hong Kong, untuk menggerakkan massa tandingan.

Di distrik pemerintah, Admiralty, yang telah diduduki pemrotes selama sepekan terakhir, Reuters melaporkan ada sekitar 4.000 pemrotes yang masih bertahan. Tapi jumlah itu telah jauh berkurang dibanding sehari sebelumnya yang mencapai puluhan ribu orang. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya