Obama Pertimbangkan Hubungan AS-Israel

Presiden Barack Obama memberi keterangan pers usai kematian James Foley
Sumber :
  • REUTERS/Kevin Lamarque
VIVA.co.id
- Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, mengatakan, Washington akan mempertimbangkan opsi-opsi terkait hubungan dengan Israel, serta diplomasi Timur Tengah.


Pejabat Gedung Putih mengatakan, pernyataan itu disampaikan Obama terkait sikap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menentang berdirinya negara Palestina. Dilansir dari
Reuters
, Jumat, 20 Maret, Obama mengisyaratkan kemungkinan perubahan kebijakan AS, yang selama beberapa dekade melindungi Israel dari tekanan internasional.

Pasukan Israel Tewaskan Petempur Palestina Lewat Baku Tembak

Pada pernyataan resmi Gedung Putih disebutkan Obama menelepon Netanyahu, mengucapkan selamat atas kemenangan Partai Likud dalam pemilu Israel, Rabu, 18 Maret. Berbicara dengan Netanyahu, Obama menegaskan kembali komitmennya pada solusi dua negara, yang menjadi kebijakan AS sejak lama untuk penyelesaian konflik Timur Tengah.
AS Tegaskan Komitmen Bersama Israel soal Masalah Iran dan Palestina


Aktivis Palestina Tuduh Pemerintah Australia Langgar UU Anti-rasisme
Namun, Obama juga mengirimkan pesan keras, menggarisbawahi seriusnya ketegangan dalam hubungan AS dan Israel. Juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest, sebelumnya memperingatkan bahwa akan ada konsekuensi bagi Israel.

"Dia (Netanyahu) berbalik arah dari komitmen yang telah dibuat Israel sebelumnya, untuk solusi dua negara. Itu alasan bagi AS, untuk mengevaluasi jalan kami ke depan," kata Earnest.




Risiko serius bagi Israel adalah jika Obama mau mengubah sikap Washington di PBB, yang selama ini menjadi penghalang upaya Palestina untuk memperoleh pengakuan sebagai negara. AS selalu melindungi Israel dari semua upaya mengisolasi Israel dari komunitas internasional, dengan menggunakan hak veto sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB.


Earnest membuka kemungkinan adanya perubahan di masa depan. "Langkah yang diambil AS di PBB, diambil berdasarkan pada ide bahwa solusi dua negara adalah hasil akhir terbaik," kata Earnest.


"Kini, sekutu kami dalam pembicaraan ini, telah mengatakan mereka tidak lagi berkomitmen pada solusi itu," ujarnya, merujuk sumpah Netanyahu untuk tidak membiarkan berdirinya negara Palestina. (one)

![vivamore="
Baca Juga
:"]



[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya