AS Gencar Lumpuhkan ISIS Lewat Serangan Siber

Menhan Ash Carter (kanan) saat kunjungan ke Unit Siber AS
Sumber :
  • Reuters/Tim D. Godbee/DoD photo/Handout via Reuters

VIVA.co.id – Militer Amerika Serikat saat ini melakukan serangan siber kepada kelompok ISIS, sebagai taktik terbaru Departemen Pertahanan AS (Pentagon) untuk mempercepat perlawanan terhadap kelompok militan tersebut.

Sebuah koalisi tempur pimpinan AS telah menyerang ISIS di Irak dan Suriah sejak Agustus 2014. Pejabat militer telah lama menyatakan pentingnya menggunakan teknologi siber seperti memberikan muatan berlebih (overloading) terhadap jaringan ISIS, membatasi komunikasi kelompok, dan mengurangi kemampuan merekrut anggota baru.

"Kami sekarang telah mulai menggunakan penyerangan terhadap kemampuan siber. Kami yakin upaya ini terkoordinasi dengan baik dan sangat efektif," kata Mayor Jenderal Peter Gersten, Wakil Komandan Operasi dan Intelijen AS di Baghdad, Irak, seperti dilansir dari situs Abc, Rabu, 27 April 2016.

Awal bulan ini, Wakil Menteri Pertahanan AS, Robert Work mengatakan telah menjatuhkan "bom siber" pada kelompok ISIS. Militer AS disebut-sebut telah menempatkan "implan" dalam jaringan ISIS, sehingga memungkinkan militer memonitor kegiatan ISIS.

AS berharap dapat meniru atau mengubah pesan komandan ISIS, sehingga para anggotanya secara tidak sadar akan langsung diarahkan ke daerah-daerah yang kemungkinan terkena drone atau serangan pesawat.

Komando siber AS bertugas untuk melindungi militer Amerika dan beberapa jaringan sipil dari serangan, serta mengerahkan strategi siber jika diperlukan.

Pada 2018, akan dipekerjakan lebih dari 6.000 ahli teknis militer dan sipil yang bekerja di 133 tim. Satu tim tersebut terdiri dari sekitar 65 orang, yang bekerja di Timur Tengah dan melakukan operasi siber terhadap jaringan ISIS.

Laporan: Dinia Adrianjara

DPR AS Punya Bukti Trump Manfaatkan Jabatan untuk Keuntungan Pribadi
Ilustrasi serangan siber.

Ukraina Jadi Medan Perang Siber Rusia Vs NATO yang Disokong Amerika

Ukraina dijadikan tameng oleh NATO atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara bersama Amerika Serikat/AS sebagai kendaraan untuk distribusi senjata siber yang tidak terkendali.

img_title
VIVA.co.id
29 Desember 2022