BMKG: Indonesia Mesti Waspadai Gempa Besar di Filipina

Gempa bumi 6,4 SR di Pulau Leyte Filipina Tengah, Kamis (6/7/2017). Gempa ini meluluhlantakkan sejumlah bangunan dan menewaskan sejumlah orang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Twitter

VIVA.co.id – Gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter mengguncang Pulau Leyte Filipina Tengah, Kamis, 6 Juli 2017. Akibat gempa itu, dua orang dilaporkan tewas dan sejumlah lainnya terjebak dalam reruntuhan bangunan.

Hujan Berpotensi Turun di Dua Wilayah Jakarta Hari ini

Mengutip dari laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa besar itu juga merusak sejumlah fasilitas seperti pembangkit listrik, ruas jalan terbelah, dan menimbulkan dampak ke sejumlah daerah seperti Ormoc City, Kananga, Jaro, Pastrana, dan Dagami di Filipina.

Dilaporkan, hingga Jumat, 7 Juli 2017, sudah ada 240 kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi. "Lokasi episenter terletak di jalur sesar dan memiliki kedalaman dangkal dengan pergerakan mendatar," ujar Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono.

Gempa M 5,4 Guncang Kepulauan Seribu, Tak Berpotensi Tsunami

Analisis BMKG, sesar yang diduga kuat aktif dan memicu gempa adalah Segmen Sesar Leyte Tengah (Central Leyte Fault), yang merupakan bagian dari sistem zona sesar besar Filipina (The Philippine Fault Zone-PFZ).

Sistem sesar PFZ ini memiliki jalur sangat panjang dan membentang sejauh 1.200 kilometer, membelah Kepulauan Filipina. Segmen Sesar Leyte Tengah yang aktif saat ini tercatat memiliki laju pergeseran sebesar 25 mm/tahun.

Mau Pindahkan Hujan di Daerah Bencana Sumatra Barat, BMKG Siapkan 15 Ton Garam

Zona Sesar Besar Filipina dipastikan terus aktif dan menjadi generator gempa kuat di Filipina, mengingat suplai energinya yang terus tersedia. Dinamika sistem sesar ini berhubungan dengan desakan lempeng utama dunia, yaitu Lempang Laut Filipina dari timur dan Lempeng Eurasia dari barat.

Daryono menyebut, gempa ini harus menjadi perhatian Indonesia. Mengingat bahwa sejumlah wilayah Tanah Air memiliki banyak kesamaan dengan Filipina.

"(Karena itu) warga harus mengenal jalur sesar aktif di daerahnya. Mereka perlu tahu seberapa jauh tempat tinggalnya dengan lokasi sesar aktif. Selain mengenal jalur sesar, mereka perlu diberikan pemahaman potensi gempa yang mungkin terjadi di daerahnya," kata Daryono.

Penemuan jenazah korban banjir lahar dingin Gunung Marapi di Desa Lambah Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, Rabu, 15 Mei 2024.

BNPB: 67 Orang Meninggal, 20 Hilang, dan 44 Luka-luka Akibat Banjir Lahar Dingin di Sumbar

BNPB mengatakan, sebanyak 67 orang tercatat meninggal dunia akibat bencana banjir lahir dingin dan tanah longsor yang terjadi di wilayah Sumatera Barat (Sumbar).

img_title
VIVA.co.id
16 Mei 2024