Tak Bayar Sumbangan, Sekolah Pisahkan Anak Kaya dan Miskin

Anak bermain/Ilustrasi.
Sumber :
  • maafirm.com

VIVA – Sekolah biasanya menjadi lembaga yang mengajarkan anti-diskriminasi. Namun sekolah di Inggris ini malah menjadi pelakunya.

32 Ambulans Depok Berangkat ke Subang untuk Evakuasi Korban Kecelakaan Bus Pelajar SMK

Sebuah sekolah di West Midlands menuai kemarahan publik setelah memberlakukan area bermain yang memisahkan "si miskin" dan "si kaya." Dengan pembagian area tersebut, maka anak-anak yang orangtuanya menolak memberi bantuan pada sekolah untuk membangun dan merenovasi lapangan bermain, tak boleh memasuki area bermain yang baru dibangun.

Frasa "Tak Bayar, Tak Boleh Bermain" yang diluncurkan sekolah Wednesbury Oak Academy pekan lalu, menuai kemarahan, kritik keras, dan petisi dari orangtua murid.

Niall Horan Sukses Gelar Konser di Jakarta: Aku Senang Bisa Kembali

Komite Orangtua di sekolah tersebut meminta sumbangan sebesar enam poundsterling, atau sekitar 100.000 rupiah per anak, untuk melengkapi area bermain untuk siswa yang bisa mereka gunakan saat jam makan siang. Namun setelah area bermain jadi, anak-anak yang orangtuanya tak memberikan sumbangan dipisahkan dari mereka yang memberikan sumbangan.

Kasus itu lalu diberitakan oleh Mirror.co.uk, dan akhirnya menimbulkan kegemparan. Sebuah petisi diajukan oleh orangtua yang keberatan dengan adanya diskriminasi itu. Mereka meminta sekolah tak memberlakukan diskriminasi sosial dan finansial.

Daftar Cagub DKI dari Jalur Independen: Ada Jenderal Polri hingga Eks Menteri

Namun Maria Bull, Kepala Sekolah mengatakan, ia akan mempertahankan aturan tersebut. Menurutnya, angka tersebut tak terlalu mahal, dan orangtua sudah diberi kesempatan selama delapan bulan untuk mencicil pembayaran. "Mereka mengancam saya dengan cara yang sangat kasar di media sosial, dan saya mulai berpikir untuk melaporkan mereka ke polisi," ujarnya.

Ia mengatakan, melengkapi taman bermain bukan idenya, namun ide Komite Sekolah. Dan orangtua dari murid-muridnya bukan berasal dari golongan tak berpunya. "Mereka hanya perlu menyisihkan 15 sen per minggu, dan dengan itu kami akan bisa membangun lapangan sepakbola, lapangan rugby, tali skipping, dan bola tennis," ujarnya.

Ia juga mengatakan, beberapa kali dalam satu minggu, anak yang orangtuanya memberikan sumbangan bisa mengajak anak lain yang orangtuanya belum membayar, dan mereka bisa bermain bersama di lapangan yang sudah diperbaiki.

Gubernur wilayah tersebut juga berjanji akan segera melakukan tindakan untuk mengakhiri kasus tersebut. "Kami percaya, kita akan bisa menempatkan kepentingan semua anak-anak dalam setiap hal yang kita lakukan," ujarnya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya