- VIVA/Ridho Permana
VIVA – Kasus perbedaan pandangan politik berujung pemecatan terjadi. Kali ini menimpa Nurulita (40 tahun), Warga Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Nurulita datang ke Kementerian Ketenagakerjaan atau Kemenaker, untuk membuat laporan. Ia datang sekira pukul 12.00 WIB, didampingi Habaib Relasi Jokowi (Harjo).
Usai membuat laporan ke Biro Hukum Kemenaker, Nurulita bercerita kronologi pemecatannya dari PT Pelopor Pratama Lancar Abadi.
Minggu 24 Februari 2019, dia mengikuti acara Jokowi bertajuk 'Konvensi Rakyat Optimis Indonesia Maju' di Sentul Internasional Convention Center.
Menurut pengakuan Nurulita yang sudah hampir empat tahun bekerja, dia kerap di-bully oleh orang-orang kantor. Hingga fotonya disebar.
"Minggu tanggal 24 Februari, saya ikut ke acara Pak Jokowi. Sejak di perjalanan itu, saya sudah mulai di-bully, menaruh foto saya di WhatsApp, lalu dipindahkan ke grup kantor. Dari situ, saya mulai di-bully pelan-pelan," kata Nurulita di Kemenaker, Jakarta Selatan, Kamis 21 Maret 2019.
Meski mendapat bully-an, Nurulita mengabaikan hal itu. Namun, dia tidak menyangka akan berujung pemecatan pada Senin 25 Februari 2019.
"Saya abaikan dulu. Sampai besok paginya tiba di kantor, tidak lama bos saya, Ibu Merry Puspitasari langsung mengatakan, 'kamu saya pecat' dan disaksikan oleh karyawan-karyawan yang lain. Saya menandatangani surat pemecatan itu," katanya.
"Saya berfoto dengan Pak Jokowi waktu itu, memang posisinya dekat. Saya hanya kagum, biasanya saya lihat di TV. Waktu itu melihat langsung, hanya lima langkah dari Bapak Jokowi. Merry mengatakan, 'kamu memilih Jokowi, tapi kamu mencari makan di sini, malu dong," katanya.
