Putra Tanjungpinang Ungkap Tips Berprestasi di Universitas Harvard AS

Andhika Putra Sudarman (ketiga dari kiri depan) bersama teman-teman kuliahnya di Harvard Law School.
Sumber :
  • Ist

VIVA – Kisah seorang pemuda asal Tanjungpinang, Kepulauan Riau, yang mengukir prestasi gemilang di salah satu universitas ternama Amerika Serikat, Harvard Law School, walau di tengah pandemi virus corona (Covid-19) ternyata telah mengundang perhatian besar. Banyak komentar positif dan acungan jempol dilayangkan ke akun VIVAnews di Facebook  setelah memposting artikel mengenai prestasi yang diukir pemuda bernama Andhika Putra Sudarman itu.

Viral Seorang Remaja Jalan Puluhan Ribu Langkah demi Datang ke Masjid untuk Hal Ini

Para netizen pun mengaku terinspirasi atas raihan pemuda 26 tahun itu selama menimba ilmu di Amerika dengan berbekal bea siswa hingga bergelar Master of Laws (LL.M). Ada pula yang menanyakan kiat-kiat atau bagaimana dia bisa mewujudkan mimpi untuk bisa berkuliah di Universitas Harvard, salah satu kampus paling bergengsi di dunia.

Kepada VIVAnews, Andhika pun mengungkapkan sejumlah kiat untuk bisa menempuh pendidikan tinggi di Amerika sekaligus mencetak prestasi. Dia mengaku cukup berpegang pada dua kunci, yaitu persiapan yang matang dan bisa membawa diri. 

Detik-detik 2 Pemuda Ditangkap Warga Gegara Dikira Bandar Narkoba, Polisi Ungkap Faktanya

Andhika Sudarman

Terkait faktor persiapan, bagi Andhika, kegagalan dalam persiapan adalah persiapan untuk gagal. "Persiapan harus dimulai sedini mungkin. Bagi saya adalah sejak duduk di bangku kuliah S1. Perjalanan untuk diterima di Harvard memang panjang karena ada begitu banyak aspek yang dinilai oleh komite penerimaan," ujar Andhika, yang pernah menyandang predikat Juara 1 Mapres (Mahasiswa Berprestasi) Tingkat Nasional Tahun 2014 saat berstatus mahasiswa di Universitas Indonesia (UI). 

Selebgram Meli Joker Bunuh Diri, Pemuda Indonesia Disebut Rentan Alami Gangguan Mental

Selain harus punya prestasi akademik, lanjut Andhika, bisa dibilang lebih penting untuk punya prestasi non-akademik. "Apa yang dimaksud prestasi non-akademik? Personality, vision dalam hidup, dan perubahan apa yang ingin kita realisasi dalam masyarakat," ujarnya. 

Bagi Andhika, di dunia kita sekarang, makna prestasi serta apa yang dicari universitas seperti Harvard sudah mengalami pergeseran. Dahulu, yang hanya dilihat adalah siapa yang paling banyak menang lomba, nilai tertinggi, atau serupanya, 

"Sekarang, yang lebih penting adalah siapa yang benar-benar humanis, bisa berempati, dan hidup tidak hanya memikirkan diri sendiri. Mereka mencari siapa yang sekiranya akan berdiri dan berani membela kebenaran ketika orang lain bungkam," lanjut peraih beasiswa LPDP (Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan) dari Kementerian Keuangan itu.

Itu sebabnya yang bisa berkuliah di Harvard tidak serta merta karena punya nilai akademik yang luar biasa. Ada juga yang karena meraih prestasi di bidang lain. 

"Mulai dari juara dunia ice skating sampai juara golf, semuanya ada di sana. Kalau saya sendiri, saya pernah menulis 2 buku karena passionate di bidang pendidikan. Jadi memang beragam banget," ungkapnya.
 
Membawa Diri

Faktor yang kedua, yaitu membawa diri, bagi Andhika adalah kunci untuk mengukir prestasi di universitas sekelas Harvard. "Di lingkungan yang baru, beradaptasi adalah hal paling krusial untuk dilakukan. Beradaptasi terhadap orang baru, cuaca baru, gaya hidup baru, makanan baru, dan menghadapi personality orang yang berbeda dan budaya yang berbeda," ujarnya. 

Orang-orang yang dia temui di sana sudah pasti mencapai tingkat intelektualitas tertentu. "Tetapi saya selalu percaya bahwa semua manusia itu pintarnya mirip-mirip. Tidak ada yang namanya si A jenius banget kemudian orang lain jauh di bawahnya. Tidak, kepintaran manusia itu tidak jauh berbeda," ujarnya.

Andhika Putra Sudarman

Maka Andhika menepis anggapan kepintarannya lebih menonjol dibandingkan yang lain. Bahkan dia sendiri pernah dapat IP (Indeks Prestasi) 2,85 semasa kuliah dan pengalaman itu lah yang membuatnya memperbaiki diri.  

"Yang membedakan adalah bagaimana kita mengenal kemampuan kita, bagaimana kita mengasah kelebihan kita, dan pada akhirnya bagaimana kita mengimplementasi keunggulan kita. Ini pepatah lama, tetapi kalau sapi disuruh memanjat atau ikan disuruh berlari, ya mereka akan dianggap bodoh," ujarnya. 

Andhika mengaku, sejak dulu kuliah S1, dari 10 lomba yang diikuti, dia bisa menang 7 atau 8. "Saya beruntung karena saya tahu apa yang menjadi kelebihan dan yang menjadi kekurangan saya. Saya selalu mencoba untuk memaksimalisasi kompetensi yang saya miliki sekaligus memitigasi kekurangan saya," ungkap dia. 


Rencana Menginspirasi Kaum Muda

Andhika pun sudah menyiapkan rencana selanjutnya begitu pulang di Tanah Air. Dia mengaku ingin menginspirasi kaum muda RI dengan menyiapkan usaha rintisan (start-up). 

"Passion saya dari dulu adalah persilangan antara pendidikan dan teknologi, dan saya menemukan kesenangan ketika saya berbagi dengan orang lain. Ini adalah alasan saya membangun SejutaCita Indonesia. Bisa dilihat pada akun @SejutaCita.ID di Instagram," ujar Andhika.

SejutaCita.ID ini adalah the next level dari semua yang pernah Andhika bagikan melalui buku-buku yang dia tulis sebelumnya, yaitu “Masuk PTN itu Gampang?” dan “Kitab Suci Kuliah”. "Paling lambat September nanti, aplikasi ini akan tersedia untuk teman-teman pengguna iOS and Android," ungkapnya. 

Dia optimistis, tiga bulan setelahnya, yakni akhir Desember 2020, lebih dari 50% dari seluruh mahasiswa di Tanah Air akan mengenal lebih lanjut apa itu SejutaCita.ID. "Ini akan menjadi app yang benar-benar bisa membantu teman-teman untuk level-up your college game," kata Andhika.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya