- Photobucket/Jhon Ipenk
VIVAnews - Penumpang kereta api di atap gerbong sebenarnya bukan fenomena yang baru. Segala macam cara dilakukan PT Kereta Api (PT KA) untuk mencegah mereka naik ke atap kereta. Tapi tetap saja ada cara yang dilakukan penumpang.
Melapisi atap kereta dengan gemuk atau oli, memberikan paku, dan menyemprot penumpang, dan langsung mensidangkan telah dilakukan. Tapi semua itu tidak dihiraukan, karena ular besi itu, tidak memberikan tempat bahkan kenyamanan di dalamnya. Penambahan gerbong menjadi solusi untuk hal ini.
Tapi penambahan gerbong juga bukan berarti tidak terbentur dengan masalah. Menurut Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, jika gerbong kereta ditambah tetapi tidak didukung dengan pasokan listrik, akan sama saja.
"Harus ada penambahan dari PLN pusat yang signifikan. Masalahnya PLN tidak memiliki daya untuk pasokan listrik yang cukup untuk PT Kereta Api," kata Tulus di Hotel Ambara, Jakarta Selatan, Kamis 12 Mei 2011.
Dikatakan Tulus, kondisi ini memang menjadi persoalan yang kompleks dimana negara gagal memberikan pelayanan publik yang layak dan nyaman dalam segala sektor angkutan masal seperti kereta api.
Diperlukan konsentrasi, jika pemerintah secara umum memberikan pelayanan yang prima kepada konsumen atau masyarakat dalam moda transportasi.
"Jadi konsumen dalam hal ini penumpang Kereta api tidak bisa disalahkan, intinya mereka sudah memiliki tiket tetapi memang gerbong kereta yang belum maksimal," ujarnya.
Menurutnya, solusi jangka pendek menangani masalah ini adalah menambah rangkaian listrik maupun gerbong, yang sampai saat ini belum ada titik temu antara PT KAI dengan Pemerintah. (eh)
Viral Keributan Avsec dengan Penumpang di Bandara Soetta, Ini Penjelasan AP II
Perselisihan antara petugas aviation security atau avsec dengan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, viral di media sosial.
