Sumber :
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVAnews -Dengan terbata-bata, pengemis renta itu berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan VIVAnews, Rabu 17 September 2014. Kakek berusia 78 tahun itu menarik perhatian para juru warta karena mengantongi Rp11 juta saat dirazia petugas.
Baca Juga :
Gaji UMR Mahal, Restoran di New York Pekerjakan Warga Filipina Jadi Kasir Virtual Lewat Zoom
Bahasa Indonesia kakek bernama Edi Supriyadi itu memang tak fasih betul. Belum lagi pendengarannya yang sudah menurun seiring usia nan senja. VIVAnews pun harus sabar dan mengulang pertanyaan jika wajah kakek itu mulai terlihat bingung.
Baca Juga :
Segera Dipersunting Rizky Febian dengan Prosesi Ijab Kabul, Mahalini Raharja Bakal Mualaf?
Tapi, dia tetap berusaha menceritakan kisah hidupnya hingga akhirnya tergaruk razia pengemis yang digelar Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat, Selasa kemarin.
Kisahnya di kota metropolitan bermula di tahun 1959. Kala itu, Edi yang hidup sebatang kara, nekat merantau dari kampung halamannya di Kudus, Jawa Tengah. Niatnya ke Jakarta bulat: jadi peminta-minta.
"Saya sudah terbiasa (mengemis) dan baru kemarin kena razia," kata Edi terbata-bata saat ditemui di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Cipayung, Jakarta Timur.
Edi kemudian menemukan tempat "mangkal" yang pas, yakni di kawasan Hotel Oasis Amir Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat. Selama bekerja, dia menempati sebuah gerobak yang selalu dibawanya. Ke manapun dia pergi.
Kepada VIVAnews, kakek Edi juga menceritakan soal luka di bagian kaki. Penyakit kusta. "Penyakit di kaki sudah ada waktu saya umur 18 tahun," kata Edi.
Saat ini, Edi masih dibina dan dirawat. Rencananya pengelola panti akan membawa Edi ke rumah sakit.
Setelah sembuh, Edi akan dipulangkan ke kampung halamannya di Kudus. (ita)
Halaman Selanjutnya
"Saya sudah terbiasa (mengemis) dan baru kemarin kena razia," kata Edi terbata-bata saat ditemui di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya, Cipayung, Jakarta Timur.