Sumber :
- VIVAnews/Joseph Angkasa
VIVA.co.id
- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai, kekerasan seksual terhadap anak-anak yang belakangan ini marak terjadi di Indonesia merupakan dampak dari buruknya kehidupan sosial di sekitar lingkungan tempat tinggal pelaku dan korban.
Ketua satuan tugas perlindungan anak dari KPAI, Muhammad Ihsan, mengatakan, masalah ini biasanya terjadi di wilayah padat penduduk seperti di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Baca Juga :
Anak Dititipkan ke Pamannya, Malah Dicabuli
Ketua satuan tugas perlindungan anak dari KPAI, Muhammad Ihsan, mengatakan, masalah ini biasanya terjadi di wilayah padat penduduk seperti di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Faktor pendorong seseorang menjadi nekat melancarkan kekerasan seksual terhadap anak-anak beragam.
"Dari mulai terbawa pengaruh minuman alkohol, obat-obat terlarang dan karena kebiasan buruk menonton film biru alias film porno," jelas Ihsan, Jumat 19 Juni 2015.
Ihsan menuturkan, biasanya kekerasan seksual anak kerap terjadi di lingkungan tempat tinggal yang sempit. Jakarta Barat merupakan salah satu wilayah di ibukota yang rawan terjadi tindak kekerasan seksual terhadap anak.
Dalam satu pekan terakhir saja, di Jakarta Barat tercatat terjadi dua kasus kekerasan seksual anak. Kasus pertama ialah kasus guru dan pelatih Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Cengkareng yang mencabuli lebih dari tiga siswinya.
Kasus yang didalangi guru berinisial IW itu kini sudah berada di tangan penyidik Polda Metro Jaya.
Kekerasan seksual terhadap anak-anak selanjutnya terbongkar hanya beberapa hari setelah kasus guru Paskibra cabul. Kali ini korbannya adalah seorang anak berinisial TS (14 tahun) warga Palmerah, Jakarta Barat.
TS diduga telah dicabuli ayah kandungnya sendiri. Perbuatan itu bahkan telah berlangsung sejak dua tahun lalu. (one)
Halaman Selanjutnya
Faktor pendorong seseorang menjadi nekat melancarkan kekerasan seksual terhadap anak-anak beragam.