Korban Kebakaran Tambora Butuh Makan Ketimbang Baju Bekas

Polwan cantik di lokasi kebakaran Tambora
Sumber :
  • VIVA.co.id / Muhammad Iqbal
VIVA.co.id
Tombol Canggih Ini Pertanda Kebakaran di Tambora
- Bantuan dari berbagai pihak untuk korban kebakaran Tambora, Jakarta Barat, yang kini masih mengungsi di tenda darurat Jalan Jembatan Besi terus berdatangan.

Usai Kebakaran di Tambora, 60 Warga Masih Mengungsi

Hari ini, Selasa 29 September 2015, puluhan karung pakaian bekas memenuhi tenda-tenda pengungsian. Beberapa warga berkumpul memilih pakaian bekas, masing-masing warga bebas memilih dan mengambil bantuan pakaian bekas itu.
32 Kebakaran Landa Ibukota, Jakarta Barat Tertinggi


Namun, beberapa warga mengaku sebenarnya mereka lebih membutuhkan bantuan makanan dibanding pakaian, apalagi bantuan yang datang adalah pakaian bekas.


Suyanti (56), salah seorang korban kebakaran yang mengaku sudah sejak lahir berada dan tinggal di Jembatan Besi Tambora mengatakan, ia dan warga lebih membutuhkan makanan seperti mi instan, minuman, dan bahan makanan lain seperti beras.




"Kami
mah
butuh makanan, makanan seperti mi instan itu
aja
dibagi-bagikan banyak-banyak, jangan disimpan saja," kata Suyanti, Selasa, 29 September 2015.


Berdasarkan pantauan
VIVA.co.id
, warga memang lebih memilih berkerumun antre mendapatkan kupon untuk pengambilan beras ke RT/ RW setempat ketimbang harus memilih pakaian bekas yang berserakan di tenda pengungsian.


Menurut Suyanti, warga masih punya beberapa potong pakaian, atau mendapat bantuan pakaian dari pihak keluarga masing-masing. Menurut dia, bahan makanan saat ini lebih penting, dan bantuan berupa uang tunai.


"Kasih
aja
kami uang, nanti juga bisa kami beli pakaian sendiri. Pakaian bekas kayak
gitu mah nggak kepake
, banyak robeknya, banyak warga
nggak
mau ambil, harus dicuci dulu, malah makin repot," kata dia.


Di samping itu, banyak warga yang protes kepada RT dan RW, karena pembagian jatah makanan seperti mi instan dan beras yang dianggap warga tidak adil. Warga terutama ibu-ibu terlibat perdebatan sengit dengan pihak RT dan RW yang menjelaskan proses pembagian beras dan mi instan.


"Keluarga saya, saya lahir di sini, anak cucu menantu tinggal di sini semua, cuma dihitung satu KK, cuma dapat satu (dus mi instan). Ada yang cuma suami istri dapat sampai lima dus mi instan, itu
gimana sih
pembagiannya, kita kan bingung," ujar Suyanti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya