Lika-Liku Warga Kalijodo di Rusun Pulogebang

Musiah (64) warga eks Kalijodo di Rusunawa Pulogebang, Jakarta Timur
Sumber :
  • Anwar Sadat/ VIVA.co.id

VIVA.co.id – Kawasan Kalijodo hari ini telah rata dengan tanah. Para penghuninya pun telah pindah dan sebagian diantaranya bermukim di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur. 

Janji Ahok Bangun Masjid di Kalijodo Dipenuhi Djarot

Banyak perbedaan yang dialami warga Kalijodo saat pertama kali masuk rusun.

Salah satu warga pindahan Kalijodo, bernama Musiah (64), mengaku sedih. Nenek yang sehari-hari berjualan nasi di RT 7 /RW 10 Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, baru saja membeli rumah seharga Rp 50 juta di kawasan yang terkenal dengan hiburan malam itu. 

Kunjungi Kalijodo, Djarot Tergoda Main Ayunan

Belum sempat dia menempati rumah barunya, Pemprov DKI sudah keburu membongkarnya karena masuk dalam kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

"Mau tidak mau saya tinggal disini. Habisnya kemarin sebelum ada pembongkaran, saya beli rumah di sana. Tapi baru selesai dandan sudah mau dibongkar, saya belum tempati, jadi saya juga sedih rasanya," ujar Musiah saat ditemui di Rusunawa Pulogebang, Cakung, Senin 29 Februari 2016.

Bakal Digusur, Tak Semua Warga Tol Kalijodo Dapat Rusun

Musiah membandingkan saat-saat dia masih tinggal di kawasan Kalijodo dengan keadaannya sekarang. Menurutnya, tinggal di rusun lebih nyaman, karena unit tipe 36 yang memiliki luas 2,5x3 meter tersebut, lebih tertata dan rapih. Walaupun untuk menempatinya, dia harus membayar Rp 281 ribu setiap bulannya. 

Suasana di rusun juga tak seperti di Kalijodo yang dipenuhi botol minuman keras, orang mabuk, kondom bekas dan perempuan berpakaian minim. 

"Kalau disana sore sudah ramai, ada suara musik, ada orang pada minum-minum, banyak deh. Tapi kalau di sini tidak. Jelas lebih baik di sini," ujarnya.

Meski mengaku lebih nyaman, Musiah masih bingung dengan kehidupan sehari-harinya ke depan. Jika di kawasan Kalijodo dulu dia berjualan nasi keliling kampung, kini rutinitas itu tak bisa dia jalani lagi. Bentuk rumah susun yang dibangun secara vertikal, menyulitkannya berjualan keliling.

Tak cuma itu, pindah dari kawasan yang lekat dengan citra negatif pun menyulitkannya beradaptasi. Tak jarang, warga pendahulu di Rusunawa Pulogebang mencibir keberadaan eks penduduk Kalijodo.

"Pernah saya lagi mau keluar, saya dengar ada yang ngomong 'awas itu ada orang Kalijodo, jangan (bergaul) sama dia,' begitu," kata Musiah menirukan omongan warga tersebut.

Musiah tidak memungkiri, Kalijodo memang lekat dengan citra negatif. Namun, dia tak mengerti alasan warga pendahulu di rusun untuk takut pada warga Kalijodo. Musiah pun mencoba memberi penjelasan kepada warga sekitar, bahwa tak semua warga Kalijodo melakukan hal negatif. 

"Kita kasih tahu, kita ini bukan warga Kalijodo seperti yang mereka pikirkan. Kita ini orang baik-baik," ungkap Musiah.

Dari pantauan VIVA.co.id, saat ini di Rusunawa Pulogebang, tidak terlihat adanya aktivitas warga eks Kalijodo di Rusun Pulogebang. 

Menurut Rebi, salah seorang pedagang di rusun tersebut, mengatakan para warga relokasi dari Kalijodo pergi untuk melihat proses pembongkaran bekas rumah mereka.

"Tadi ramai pagi-pagi mereka jalan pake bus sekolah kesana, mungkin mau melihat rumahnya dibongkar," terangnya.

Ditipu Orang Tak Dikenal

Menjadi warga baru membuat warga pindahan Kalijodo belum bisa mengenali petugas resmi rusun. Hal tersebut dimanfaatkan pihak tertentu, untuk mengambil keuntungan. Seorang pria, yang tak ingin disebutkan namanya, mengaku dimintai pungutan sebesar Rp50 ribu. Hal ini sudah dia adukan ke Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Pulogebang, Ageng Darmintono. 

"Ada yang mengaku dari pihak kontraktor, kalau tidak salah namanya Iwan. Dia melakukan pengecekan dan melakukan pengeboran untuk selang gas, setelah itu meminta bayaran Rp50 ribu," kata anak dari Ibu karin yang tinggal di unit rusun Blok H, dengan nomor 111 tersebut.

Pria berperawakan kurus tersebut juga mengatakan kejadian ini terjadi pada Minggu, 28 Februari 2016, petugas yang mengaku dari kontraktor itu tak hanya mendatangi rumahnya, tapi juga beberapa unit lainnya di rusun itu.

Menanggapi hal ini, Ageng menegaskan pihaknya tidak pernah meminta pungutan apapun untuk kegiatan yang bersifat perawatan. Selain itu, tidak ada petugas teknisi bernama Iwan seperti yang dilaporkan.

"Kita tidak melakukan itu, bisa dipastikan itu adalah oknum, dan teknisi juga gak ada yang bernama Iwan," jelas Ageng.

Untuk mengantisipasi hal serupa kembali terjadi, Ageng akan memperketat pengamanan. "Hal ini jadi perhatian kita, kedepannya kita akan perketat lagi penjagaan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," tegasnya.

Fasilitas Rusun Pulogebang

Kepala UPRS Pulogebang, Ageng Darmintono, mengatakan saat ini sudah 79 warga dari 86 warga eks Kalijodo yang akan menempati Rusun Pulogebang.

"Tujuh yang belum menempati, enam itu mereka belum ambil kunci, dan satu belum lengkap administrasinya," kata Ageng.

Menurut Ageng, warga Kalijodo nantinya akan menerima unit rusun tipe 36. Hunian tersebut dilengkapi dua kamar, satu kamar mandi, ruang tamu, dapur, dan tempat jemuran. 

"Warga ini nanti akan ditempatkan di Blok H dan ada beberapa di Blok G," ucap Ageng.

Selain itu, rusun juga menyediakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), klinik, dan posyandu bagi warga. Di antara dua blok yang bakal dihuni warga Kalijodo, tersedia Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pulogebang Indah. 

Di RPTRA ini, ada beberapa fasilitas bermain bagi anak, seperti ayunan, perosotan, tempat joging, dan taman. Rusun Pulogebang juga dilengkapi layanan transportasi dari Transjakarta. Setiap satu jam sekali, bus tersebut akan masuk ke dalam rusun. 

"Bus Transjakarta-nya beroperasi mulai pukul 05.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB," ujar Ageng. 

Selain itu, selama tiga bulan pertama, warga Kalijodo akan dibebaskan dari biaya sewa. Setelahnya, untuk lantai satu, dibebankan biaya sewa Rp 281.000 per bulan, lantai dua Rp 254.000 per bulan, lantai tiga Rp 231.000 per bulan, lantai empat Rp 208.000 per bulan, dan lantai lima Rp 187.000 per bulan. 

Ageng juga menyampaikan bahwa warga Kalijodo hanya perlu menyerahkan KTP, KK, bukti pembayaran PBB, dan surat PM 1 dari daerah asal, sebagai syarat menghuni rusun ini. Mengenai keluhan warga untuk mencari mata pencaharian dengan berdagang, Ageng berjanji akan menyediakan lokasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. "Nanti akan kita buatkan Pujasera juga disini," jelasnya.

Dalam minggu ini, menurut Ageng, akan segera dilakukan pembentukan pengurus RT di Blok warga Kalijodo. Untuk itu, dia menghimbau mereka agar segera mengumpulkan dokumen administrasi kependudukan seperti KK dan KTP.

"Kita akan bentuk kepengurusan RT dan minggu ini terkait kependudukan ini diharapkan sudah selesai. Dan nanti juga akan dibuatkan rekening Bank DKI, dalam minggu ini juga akan diselesaikan," lanjut Ageng. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya